Persaingan Keras Uber di Pasar India

INILAHCOM, New York – Bisnis transportasi online Uber di China telah dijual ke saingannya, Didi ChuXing karena kalah bersaing. Kali ini di India persaingannya juga tidak mudah.

Layanan transportasi yang berpusat di San Fransisco telah membuat fenomeda dengan merevolusi transportasi umum sejak 2009 dari ide kreatif Tavis Kalanick. Bisnisnya tidak semua berjalan lancar seperti di China dan India. “Setelah kehilangan kesempatan di Cihna, Uber tidak ingin kehilangan pasarnya dari pemain lokal,” kata Jaspal Singh, kosultan transportasi perkotaan.

“Uber putus asa setelah penjualan bisnisnya di China. Secara global mereka kehilangan besar. Tetapi di India ada kesempatan sangat besar bagi Uber memperluas jaringan,” kata Neil Shah, analis di Counterpoint Technology Market Research, seperti mengutip cnbc.com.

Taruhannya sangat tinggi. Pasar taksi di India sekitar US$13 miliar. Namun masih ada harapan membesar menjadi US$36 miliar pada tahun 2020. Untuk itu, Uber dengan layanan transportasi berbasis aplikasi bisa menggarap sekitar 1 persen dari pasar ini.

Pertumbuhan bisnis yang ditopang inovasi teknologi dan penetrasi smarphone. Data industri mengungkapkan ada 250 juta pengguna smartphone saat ini. Angka ini masih akan tumbuh menjadi 500 juta pengguna dalam dua tahun, demikian hasil penelitian Counterpoint.

Faktor urbanisasi, populasi anak muda yang terus tumbuh dan pilihan transportasi yang terbatas telah menambah permintaan yang belum dipenuhi masih cukup besar. Apakah Uber mampu menggarap potensi yang menguntungkan ini?

“India adalah pasar terbesar tunggal kami di luar Amerika Aerikat dan merger dengan Didi telah memberikan tambahan sumber daya sehingga dapat fokus untuk menggarap India,” kata Amit Jain, Presiden Uber di India.

Di India, Uber telah beroperasi selmaa tiga tahun. Posisinya nomer dua dalam penguasaan pasar atau sekitar 13 persen berdasarkan data Rides tahun 2014 lalu. Angka ini akan berkembang menjadi 30 persen pada 2016.

Sementara pertumbuhan di India dengan persaingan pesat bagi Uber. Uber harus bersaing dengan pemain lokal, Ola yang telah meluncur lebih awal dengan pangsa pasar 50 persen. “Ini (Ola dan Uber) adalah dua pemain yang tangguh dan mereka terus memperluas pangsa pasar,” kata Shah dari Counterpoint.

Ola memiliki jejak yang lebih luas, tersedia lebih di 100 kota. Sedangkan Uber baru mengjangkau 29 kota. Strategi keduanya hampir saham, insentif dan diskon untuk menarik driver dan pelanggan. Dalam mengadaptasi kebutuhan pelanggan, Ola lebih lihai dari Uber. Ola menawarkan tarif per jam untuk layanan taksi.

“Sebagai perusahaan India yang lagi tumbuh, kami memahami kebutuhan pelanggan India jatuh lebih baik,” kata Chief Operating officer Ola, Pranay Jivrajka kepada cnbc.com.

Ola merupakan start-up yang paling sukses dengan suntikan dana dari para pemodal hingga US$1,2 miliar dalam empat tahun terakhir, demikian hasil penelusuran Inteligence Ventura. Namun akhir-akhir ini dengan pengeluaran cukup besar, memaksa perusahaan tersebut untuk melakukan beberapa penghematan. Ini karena kucuran dana segar mulai mengalami perlambatan.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*