Peringkat Kredit Australia Terancam Jika APBN Masih Defisit

Peringkat kredit Australia terancam dipangkas  Standard & Poor’s dari AAA menjadi AA+ menurut tulisan di banyak surat kabar Australia dan juga media online, tulisan ini merupakan ungkapan kekhawatiran Departemen Keuangan negara tersebut. Wacana penurunan peringkat ini sudah bergulir sejak bulan Juli lalu dan lembaga pemeringkat tersebut mengancam akan melakukannya untuk 2 tahun kedepan jika defisit anggaran belanja pemerintah tidak berhasil diperbaiki.

Departemen Keuangan Australia menyatakan anggaran belanja pemerintah (APBN) tahun anggaran 2016 yang ditetapkan pada bulan Mei lalu untuk periode Juli 2016-Juni 2017, diperkirakan masih menunjukkan defisit seperti periode-periode sebelumnya. Defisit tersebut sangat besar mencapai  A$ 37100000000 (Rp370 triliun) dan  Standard & Poor’s sangat ingin melihat pelaksanaan penghematan dan inisiatif pendapatan yang dijanjikan dalam anggaran tersebut.

Pemerintah Australia akan melaporkan kondisi tengah tahun anggaran belanja negara untuk tahun anggaran 2016 pada bulan Desember nanti. Sekalipun terdapat indikator yang dapat mengurangi defisit tersebut dari kenaikan harga batubara, pemerintah tetap masih mengkhawatirkan akan terjadi defisit.

Memang dalam tiga bulan terakhir harga  batubara termal telah naik 40 persen, sedangkan coking coal naik 130 persen. Kenaikan harga batubara merupakan keuntungan bagi Australia di mana batubara menyumbang sepersepuluh dari ekspor sekitar A$ 2800000000 ($ Rp27 triliun) per bulan.

Laporan tengah tahun ini nantinya bisa jadi acuan bagi Standard & Poor’s apakah akan memangkas peringkat kredit Australia. Namun menurut analis Vibiz Research Center, defisit akan berhasil terpangkas dengan signfikan jika harga batubara semakin naik hingga akhir tahun.

H Bara/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor : Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*