Pasar Obligasi tak Berlebihan Respons the Fed

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, rata-rata harga obligasi alami penguatan dan penurunan yield. Penguatan rupiah jadi salah satu katalisnya. Pasar obligasi juga tak respons berlebihan isu kenaikan suku bunga the Fed.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, meski pelemahan masih terjadi di awal pekan, laju pasar obligasi mulai berkurang pelemahannya. “Pelaku pasar mencoba kembali masuk melakukan transaksi meski tipis,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (8/11/2015).

Transaksi yang belum terlalu signifikan tersebut membuat harga sejumlah obligasi belum kembali menyentuh harga par nya di awal-awal pekan. “Walaupun mulai ada sejumlah aksi beli, masih tertahan dengan adanya respons negatif pelaku pasar terhadap masih berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah,” ujarnya.

Pergerakan variatif pun terlihat dari laju yield jangka pendek yang mulai menurun sementara yield menengah-panjang masih cenderung meningkat. “Mulai adanya sentimen positif membuat pergerakan laju obligasi mulai ada kenaikan meski masih terbatas seiring belum banyaknya pelaku pasar yang kembali mentransaksikan seri-seri obligasi setelah sebelumnya mengalami pelemahan,” tuturnya.

Terapresiasinya laju rupiah yang dibarengi dengan adanya lelang yang mengalami kelebihan permintaan di atas target indikatifnya cukup memberikan sentimen positif pada laju pasar obligasi.

Penjualan SBN dari awal tahun hingga akhir Oktober telah mencapai 97,89% dari target gross issuance dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2015 yang berjumlah Rp 461,75 triliun. Dus, pemerintah tinggal menerbitkan SBN sekitar 2,11% atau Rp 10 triliun hingga akhir tahun.

Aksi beli masih berlanjut di pasar obligasi dimana mampu membuat harga-harga obligasi dapat menguat cukup signifikan. Masih positifnya laju Rupiah dinilai mampu membuat pergerakan harga obligasi dapat mengalami peningkatan.

Apalagi sejumlah harga obligasi global juga bergerak positif sehingga makin menambah sentimen positif pula pada laju pasar obligasi. Beberapa diantaranya sudah ada yang menyentuh kembali harga par nya.

Imbas pidato The Fed sebelumnya yang mengindikasikan akan adanya peluang kenaikan Fed rate di bulan Desember yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah tampaknya tidak terlalu diresponsnegatif berlebihan di pasar obligasi, tidak seperti di IHSG dimana lebih reaktif diresponsnegatif.

Kondisi ini terlihat dari masih cenderung turunnya laju yield untuk sebagian tenor masih cenderung turun. Bahkan beberapa diantaranya sudah berbalik ke harga par nya. Kembali melemahnya Rupiah sedikit banyak berimbas pada laju pasar obligasi dimana penurunan yield mulai terbatas.

Aksi beli kian berlanjut hingga akhir pekan sehingga memberikan sentimen positif pada laju harga obligasi. Beberapa seri sudah mulai mendekati harga par nya dan beberapa di antaranya bahkan sudah melewati harga par nya.

Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield mulai menunjukan adanya pelemahan seperti yang terjadi dengan rating AA di mana di pekan sebelumnya yield di kisaran 10,90%-11,00% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya turun ke kisaran 10,75%-10,80%.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih banyak dipengaruhi kondisi di luar negeri dan dalam negeri terutama oleh lonjakan penguatan nilai tukar Rupiah dan rilis cadangan devisa.

Mulai membaiknya sentimen yang ada membuatlaju harga obligasi mampu berbalik positifyang terefleksi dari turunnya yield untuk semua tenor. Penurunanyieldrata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah (5-7 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunanrata-rata yield -6,84bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunanyieldsekitar -9,00bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami penurunanyield -4,18bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun cenderung naikharganya hingga 44,57bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun naikharganya hingga 134,64bps.

Pada pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 3 November 2015.

Seri-seri SBSN yang telahdilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening) dengan waktu jatuh tempo 15 September 2020 memiliki imbalan 8,25%, PBS009 (reopening) dengan waktu jatuh tempo 25 Januari 2018 memiliki imbalan 7,75%, dan PBS011 (new issuance) dengan waktu jatuh tempo 15 Agustus 2023 memiliki imbalan fixed rate.

Selain itu juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 04052016 (new issuance) dengan waktu jatuh tempo 4 Mei 2016.

Di pekan kemarin, nilai permintaan yang diminta pelaku pasar mengalami kenaikandari lelang SBSN sebelumnya. Meski secara sentimen cukup negatif namun, tidak terlalu banyak berimbas negatif pada hasil lelang.

Akan tetapi, dalam hal penyerapannya masih di bawah dari lelang SBSN sebelumnya. Lelang SBSNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka panjang yang terlihat dari besaran bid to cover-nya. Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp 3,33triliun, lebih tinggidibandingkan lelang SBSNperiode sebelumnya, Selasa(20/10) yang mencapai Rp 2,99triliun.

Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp 1,88triliun atau lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp 2 triliun. Pemerintah hanya memenangkan tiga seri dari empat seri SBSN yang ditawarkan.

Adapun seri yang dimenangkan antara lain seri SPN-S04052016dengan permintaan yang masuk dari investor Rp 2,10triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 7,09% dan Imbal hasil tertinggi 8,00%.

Seri ini diserap Rp 1,25triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 7,22% dan tingkat imbalan diskonto. Kemudian, seri PBS006mengalami permintaan Rp 410miliar dengan Imbal hasil terendah 8,75% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 10,125% serta diserap Rp 150miliar.

Seri PBS009mengalami permintaan Rp610miliar dengan Imbal hasil terendah 8,69% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 9,63% serta diserap Rp 480miliar. Adapun seri PBS011 tidak diserap oleh Pemerintah meskipun mendapatkan penawaran sebesar Rp210 miliar. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*