Ohama Titanic Syndrome Hantui Wall Street

 
Ohama Titanic Syndrome Hhantui Wall Street
 
INILAHCOM, New York – Sebuah peringatan telah berkedip di Wall Street dan menyoroti kegelisahan yang tumbuh di kalangan investor. Apalagi reli saham yang merespon kebijakan pro bisnis dari Presiden Amerika, Donald Trump mulai mereda.

Selama dua sesi terakhir, jumalha Saham di New York Stock Exchange mencapai puncak di tertinggi selama 52 minggu untuk pertama kalinya sejak November 2016. Tren ini mengindikasikan jeda dalam jangka panjang dalam ekuitas yang mengakibatkan parade tertinggi sepanjang masa untuk Dow Jones Industrial, S&P 500 dan Nasdaq Composite Index sejak pemilu pada November lalu.

Menurut data Dow Jones, ada Senin (6/3/2017) seperti mengutip marketwatch.com, ada 42 indeks kenaikan baru dan 56 penurunan. Pada Selasa (7/3/2017), 54 perusahaan menyentuh indeks tertinggi baru terhadap 64 yang mencapai posisi terendah dalam 52 minggu.

 Spesialis Grafik, Tom McClellan, mengatakan pada Selasa jika indeks terendah mencapai level terbesarnya, dalam waktu tujuh hari perdagangan selama 1 tahun unutk S&P 500, maka bisa dikatakan adanya kemungkinan sinyal Ohama Titanic Syndrome.

Grafik yang terlihat sedikit menyeramkan ini diciptakan oleh Bill Ohama pada tahun 1965, dan dipanndang sebagai ‘sinyal jual awal’, menurut McClellan.

S&P 500 berada di penutupan tertingginya pada 1 Maret di angka 2,395.96 bersama dengan indeks Dow tertinggi 21,115.55 di hari yang sama.

Peter Bokkvar, kepala analis pasar di Lindsey Group juga memperhatikan tanda rendahnya pola ini. Ia menyebutnya sebagai ‘celah baju besi di pasar saham’.

Beberapa orang percaya Ohama Titanic Syndrome ini bisa menunjukkan ekuitas benchmark menjadi rendah, dengan downdraft sebesar 5% atau lebih. Terutama karena saham telah melesat ke serangkaian catatan yang menimbulkan pertanyaan tentang valuasi pasar saham.

Dalam kombinasi dengan persepsi bahwa saham yang mahal. Wall Street tengah berada di titik tepi untu kenaikan suku bunga pada pertengahan Maret ini dan investor bertaruh bahwa 90% The Fed akan menaikkan suku bunga minggu depan, kemungkinan ini meningkat setelah minggu lalu yang skitar kurang dari 20%.

“Apakah itu kenaikan suku bunga The Fed minggu depan atau isu yang berkembang mengenai bentuk perubahan pajak. Pada akhirnya akan terjadi atau hanya sentimen ekstrim bullish yang memerlukan colling off atau sesuatu yang lain. Kita sebenarnya berada di puncak konsolidasi dari keuntungan yang luar biasa paska pemilu,” tulis Boockvar.

Yang pasti, Titanic Syndrome tidak selalu mengakibatkan penurunan di pasar. Pasar sendiri telah memiliki alarmnya sendiri dan pasar akan terus mempertahankan uptrend.

Ohama telah menyempurnakan sindrom ini dengan catatan bahwa posisi terendah baru harus melebihi angka tertingginya untuk dari lima sesi dan posisi tertinggi terbaru harus menurun sampai sekitar 1,5% dari total emisi. [hid]
 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*