INILAHCOM, Jakarta–Adanya sentimen negatif belum memberikan ruang gerak positif pada laju pasar obligasi. Apalagi laju nilai tukar rupiah tidak menunjukan perbaikan.
“Malah, rupiah masih cenderung bergerak melemah,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (22/5/2016).
Bahkan sejumlah laju pasar obligasi global juga terlihat masih mengalami peningkatan yield seiring dengan lonjakan dolar AS.
Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -4,71 bps; tenor menengah (5-7 tahun) naik sebesar 4,77 bps; dan panjang (8-30 tahun) naik 5,41 bps.
Kembalinya aksi jual memberikan imbas negatif pada pergerakan laju pasar obligasi. Demikian juga, pada laju seri benchmark mampu bergerak melemah. Pada FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo ±6 tahun dengan harga 102,78% memiliki yield 7,59% atau naik 8,50 bps dari sehari sebelumnya di harga 103,14% memiliki yield 7,50%.
Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 102,33% dan yield 8,01% atau naik 6,65 bps dari sehari sebelumnya di harga 103,50% dan yield 7,90%.
Pada Jumat (20/5/2016), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun -0,45 bps di level 112,21 dari sebelumnya di level 112,71. Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun -0,11 bps di level 106,57 dari sebelumnya di level 106,69.
Sementara pada laju yield obligasi korporasi, mulai ada perbaikan meski terlihat tipis penurunan yield yang terjadi. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana yield untuk tenor 9-10 di kisaran level 9,82%-9,83%.
Sementara pada obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, yield nya di kisaran level 9,86%-9,87%. Untuk yield pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,20%-11,25% dan pada rating BBB di kisaran 13,53%-13,54%. [jin]
—
Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal
Speak Your Mind