Neraca Pembayaran Perkuat Rupiah Sepekan

Neraca Pembayaran Perkuat Rupiah Sepekan

INILAHCOM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 0,79%. Salah satu katalisnya adalah rilis neraca pembayaran Indonesia kuartal IV-2013 yang tercatat surplus. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia menguat 94 poin (0,79%) ke level 11.792 per 21 Februari 2014 dibandingkan akhir pekan sebelumnya 11.886 pada 14 Februari 2014.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, laju nilai tukar rupiah masih bertahan di zona hijau sepanjang pekan terakhir. “Laju nilai tukar rupiah kian menunjukkan apresiasinya yang ditopang oleh beberapa data positif,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (23/2/2014).

Di antara beberapa data positif tersebut antara lain, dirilisnya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV-2013 yang surplus sebesar US$4,4 miliar, setelah selama tiga triwulan terakhir mengalami defisit.

Perbaikan NPI kuartal IV-2013 ditopang oleh defisit transaksi berjalan yang menurun cukup tajam menjadi US$4,0 miliar atau 1,98% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara itu, laju dolar AS masih menunjukkan pelemahan, terutama setelah pelaku pasar merespons penurunan manufacturing production dan industrial production AS.

Di sisi lain, laju nilai tukar rupiah juga sempat berbalik melemah pascakenaikan selama 3-4 hari terakhir yang ditopang aksi profit taking dan memanfaatkan pelemahan pada dolar AS untuk masuk kembali. “Pelemahan turut dipicu oleh beredarnya kekhawatiran dirilisnya revisi UU minerba yang akan semakin mengetatkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah yang nantinya dapat mengganggu neraca perdagangan,” tuturnya.

Lalu, pelemahan Yuan pascasentimen negatif yang melanda sektor perbankannya hingga spekulasi meningkatnya inflasi akibat bencana alam turut berimbas negatif pada laju rupiah.

Belum lagi, kata dia, dengan pelemahan sejumlah mata uang emerging market lainnya, terutama untuk mata uang yang negaranya sedang mengalami konflik anti pemerintahan seperti Thailand dan Ukraina. “Tetapi, adanya aksi beli pada euro dan poundsterling terkait dengan spekulasi European Central Bank (ECB) akan kembali meneruskan pelonggaran moneter dan stabilnya rilis inflasi di Inggris serta meningkatnya dolar Australia pascadirilisnya kenaikan CB leading indicator turut berimbas positif,” papar dia.

Laju dolar AS pun seakan terhalangi sentimen-sentimen positif tersebut sehingga rupiah pun tidak terlalu melemah dalam. “Laju rupiah mampu berada di atas resisten 12.143 per dolar AS,” imbuhnya. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*