Muncul Lagi Isu Suku Bunga AS Naik, Agus Marto: RI Harus Siapkan Diri

Jakarta -Indonesia harus kembali mempersiapkan diri menghadapi rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) yang dimungkinkan terjadi pada Desember 2015. Seiring dengan hasil pertemuan Federal Open Market Comite (FOMC)‎ yang berlangsung kemaren.

Hal ini diungkapkan Gubernur BI Agus Martowardojo di sela-sela rapat kerja di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Jumat (30/10/2015). ‎Agus menilai akan ada aliran dana keluar dari Indonesia dan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah.

“Itu akan membawa rebalancing dari portfolio bagi yang selama ini di negara berkembang dan kita akan mengetahui dari 2009 awal sampai 2015 itu US$ 3,5 triliun sudah didorong oleh The Fed ke pasar. Dan bagian dana yang cukup besar di negara berkembang kemungkinan akan ada rebalancing, tentu negara berkembang seperti Indonesia harus persiapkan diri dengan kondisi itu,” jelasnya.

Agus menjelaskan dalam pertemuan FOMC tersebut, ada tiga hal yang menjadi fokus utama. Pertama adalah kondisi perekonomian global tidak lagi menjadi kekhawatiran bagi AS. Kedua, ‎adanya penegasan bahwa suku bunga akan dinaikan pada pertemuan di bulan Desember 2015.

“Pembahasan FOMC kemarin itu dibahas keinginan untuk menaikan bunga di pertemuan yang akan datang. Semakin tegas. Kita kemaren duganya kelihatannya tahun depan. Tapi ini kan tetang menaikan bunga dibicarakan langsung,” ujarnya.

Ketiga, Agus menjelaskan bahwa angka pengangguran‎ tidak lagi menjadi isu, sementara konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Maka semakin memperkuat posisi untuk menaikan suku bunga.

“Jadi itu paling tidak 3 hal yang dilihat beda dengan pertemuan bulan sebelumnya. Jadi tentu cukup menjadi perhatian kita, tentang kemungkinan akan ada penyesuaian Fed Fund Rate di tahun ini. Namun yang juga perlu diwaspadai setelah naik, dan tentu di tahun berikutnya penyesuaian lagi. Yang mungkin bisa mencapai 1% setiap tahunnya,” papar Agus.

Akan tetapi menurut Agus, komunikasi yang dilakukan oleh The Fed cukup baik. Artinya negara berkembang seperti Indonesia bisa mengetahui lebih awal dan dapat mempersiapkan diri sebagai langkah antisipasinya.

“Komunikasi yang dilakukan Fed cukup baik, sehingga kita bisa membaca keinginan mereka,”tukasnya.

(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*