Minyak naik tipis, kembali ke US$ 30 per barel

TOKYO. Minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa, (9/2) setelah dilanda aksi jual selama tiga hari yang mengirim patokan AS kembali di bawah US$ 30 per barel.

Tetapi para analis mengatakan melimpahnya pasokan dan pelemahan ekonomi dunia akan tetap menekan komoditas.

Kenaikan dalam dua kontrak berjangka minyak terjadi juga meskipun kekacauan melanda seluruh pasar ekuitas Asia, didorong oleh kekhawatiran baru tentang prospek global.

Para pedagang telah mengirim harga minyak terjun pada Senin (8/2), karena pembicaraan antara Arab Saudi dan Venezuela tentang upaya membawa stabilitas pasar tidak menghasilkan apa-apa.

Ada harapan Saudi akan mendukung seruan pertemuan kelompok produsen minyak OPEC tapi negara itu enggan melakukannya.

OPEC telah menolak untuk memangkas produksi karena mereka mencoba untuk mempertahankan pangsa pasarnya dalam menghadapi persaingan dari minyak serpih AS.

Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret merosot 3,9 % menjadi US$ 29,69 per barel dan Brent anjlok 3,5 % menjadi US$ 32,88 per barel pada Senin.

Pada Selasa, WTI naik 31 sen atau 1,0 % pada US$ 30,00 per barel dan Brent menguat dua sen atau 0,1 % menjadi US$ 32,90 per barel, sehari sebelum AS merilis data cadangan resmi yang berada pada tingkat tertinggi sejak 1930.

Harga minyak mentah telah jatuh lebih dari 70 % sejak pertengahan 2014, terpukul keras oleh badai sempura kelebihan pasokan, lemahnya permintaan, perlambatan ekonomi global dan dollar yang kuat.

Menambah itu adalah kedatangan segera produksi Iran ke pasar dunia setelah sanksi internasional terkait dengan program nuklirnya dicabut.

“Ini waktu yang sangat fluktuatif dan sulit untuk minyak. Pasar akan terus mengalami kelebihan pasokan untuk beberapa bulan ke depan,” Ric Spooner, seorang kepala analis di CMC Markets di Sydney, mengatakan kepada Bloomberg News.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*