Minyak di Bawah US$ 50/ Barel, Proyek Masela Cocok Dibangun di Darat

Jakarta -Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan proyek LNG (Liquefied Natural Gas) Masela dibangun di darat (onshore) dinilai sesuai dengan kondisi harga minyak dunia. Selama ini proyek LNG selalu dikaitkan dengan fluktuasi harga minyak dunia.

Sebab, penurunan harga minyak dunia biasanya diikuti turunnya harga LNG. Menurut Penasihat Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Sumber Daya, Ronnie Higuchi Rusli, proyek LNG yang dibangun di laut (offshore), yang biayanya lebih mahal dibandingkan onshore, hanya bisa berjalan apabila harga minyak dunia di atas US$ 50 per barel.

Sebaliknya, dalam situasi harga minyak di bawah US$ 50 per barel seperti saat ini, proyek LNG di darat lebih cocok dijalankan, karena biayanya lebih rendah jika dibandingkan dengan dibangun di laut.

“Jadi onshore LNG tetap jalan karena harganya akan lebih kompetitif dibandingkan floating LNG. Floating LNG itu harus harga minyak di atas US$ 50 per barel, sedangkan onshore LNG di bawah itu, harga minyak US$ 40 per barel masuk, harga US$ 30 per barel pun masuk,” kata Ronnie kepada detikFinance, Rabu (23/3/2016).

Dia menambahkan, keputusan Presiden Jokowi menetapkan lokasi proyek LNG Masela di darat bersamaan dengan keputusan Woodside Petroleum Ltd, perusahaan migas asal Australia, yang menangguhkan proyek floating LNG di lepas pantai Australia Barat.

Mengutip Reuters, proyek yang diperkirakan bernilai US$ 30 miliar terpaksa ditangguhkan karena harga LNG di Asia anjlok hingga 80% dalam 2 tahun terakhir. Mengacu pada keputusan Woodside Petroleum itu, menurut Ronnie, keputusan Presiden Jokowi menetapkan proyek Masela di darat itu tepat.

“Jadi dalam hal ini, saya pikir presiden tahu banget lah situasi minyak dunia. Keputusan presiden itu memang sesuai dengan kondisi market harga minyak sekarang ini, yang masih di bawah US$ 50 per barel,” kata Ronnie.

Sebelumnya, Tenaga Ahli Bidang Kebijakan Energi Kemenko Maritim dan Sumber Daya, Abdulrachim mengatakan pembangunan kilang LNG di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan di laut.

“Memang lebih bagus di darat. Di laut lebih mahal US$ 6 miliar. Hitungan kita di Kemenko Maritim, kalau di darat itu US$ 16 miliar, di laut itu US$ 22 miliar,” ujar Abdulrachim

(hns/wdl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*