Tetapi, menurut Direktur Utama PT Dahana, Budi Antono, hal ini tidak berpengaruh ke bisnis bahan peledak, padahal banyak industri migas dan tambang yang menggunakan bahan peledak.
“Jadi PT Dahana itu ada 4 sektor ya, explosive manufacturing, drilling blasting, reactive services, dan defend reactive jadi kita ada projek dari Kementerian Pertahanan, jadi sebagian itu untuk proyek komersial sebagian untuk military explosive, jadi kalaupun tambang turun itu tidak masalah karena kita bukan jual trading, paling besar jasa,” ungkap Budi Antono, di Subang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).
Ia menambahkan, pihaknya sudah mulai mengubah fokus bisnisnya yang semula di pertambangan kini lebih fokus ke cluster pertahanan.
“Kita sudah berubah sejak ada sinergi-sinergi (antar BUMN) dan juga dulu memang Dahana melayani keperluan militer tapi hanya 5% tapi setelah kita ada sinergi, ini jadi kita harus bikin cluster pertahanan,” tambah Budi.
Sebagai informasi, Kementerian BUMN hari ini melakukan Pencanangan Komite Konsolidasi BUMN di bidang Pertahanan strategis, yang ditandatangani oleh 6 perusahaan BUMN yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT LEN, PT Inti, PT Inuki, PT Pindad, dan PT Dahana di Energetic Material Center PT Dahana, Subang, Jawa Barat.
(drk/drk)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind