Menteri Sofyan: Permintaan Kakao Dunia Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, PALU — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Sofyan Djalil mengatakan permintaan kakao dunia saat ini cukup tinggi, namun tidak sebanding dengan pasokan dari negara penghasil kakao.

“Seperti diketahui, semua komoditi saat ini harganya jatuh, kecuali coklat,” ungkapnya saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) regional wilayah Sulawesi tahun 2016, di salah satu hotel Kota Palu, Ahad (28/3) malam.

Menurut Menteri, coklat yang merupakan makanan lambang kemewahan, sangat dibutuhkan sebagian besar Negara dunia saat ini. “Dulu orang Cina dan India tidak makan coklat, sekarang sudah makan coklat,” ujarnya.

Sehingga ia berharap agar daerah penghasil coklat di Pulau Sulawesi dapat meningkatkan produksi ke depannya. Sebelumnya Menteri PPN tersebut menemui petani kakao di Desa Sibowi, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu sore.

Sofyan Djalil yang langsung berdiskusi dengan petani kakao, lebih banyak mendengarkan keluhan petani terkait masalah pengembangan produksi dan penanganan hama penyakit.

Menteri bahkan terlihat ikut antusias memeriksa dan bertanya soal kondisi produksi buah kakao di Sigi. Salah satu petani kakao, Syarifuddin mengatakan kendala yang dihadapi adalah cuaca yang tidak menentu. “Bila musim kemarau, petani tidak melakukan pemangkasan karena akan menyebabkan buah akan rusak,” katanya.

Dalam setahun atau dua kali panen, bisa menghasilkan dua ton biji kakao kering untuk setiap hektare. Per kilogram harga kakao kering Rp35 ribu.

Sementara itu, Sofyan Djalil berjanji akan terus memberikan perhatian kepada petani kakao agar mereka bisa sejahtera. Sofyan Djalil menilai upaya peningkatan produksi kakao harus bisa tercapai untuk memenuhi kebutuhan coklat nasional maupun dunia. Saat ini kebutuhan kakao dunia begitu tinggi tetapi produksi kakao belum terpenuhi.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*