Mata Uang Safe-Haven Naik setelah Minyak Jatuh

INILAHCOM, Tokyo – Kurs yen dan euro terangkat di perdagangan Asia pada Rabu (9/12/2015) karena investor membeli mata uang “safe-haven”, sementara unit terkait komoditas terpukul akibat harga minyak jatuh dan kekhawatiran tentang ekonomi global.

Harga minyak telah turun tajam hampir sepersepuluhnya sejak kartel Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat lalu menolak untuk menyepakati pagu produksi, meskipun pasar kelebihan pasokan dan permintaan lesu.

Kelebihan pasokan global, melemahnya permintaan dan pelambatan pertumbuhan di Tiongkok telah dikombinasi dengan melonjaknya produksi, mengirim harga minyak mentah merosot ke tingkat terendah tujuh tahun.

Pasar-pasar ekuitas telah jatuh dalam meresponnya.

Para investor beralih menunju aset-aset yang lebih aman, membantu mata uang Jepang — biasanya dinilai sebagai aset kurang berisiko di masa ketidakpastian dan kekacauan.

Yen juga mendapat dukungan setelah revisi data PDB Jepang pada Selasa lebih baik dari perkiraan, memperlemah harapan stimulus lebih besar oleh bank sentral Jepang (BoJ) — sebuah langkah yang cenderung akan melemahkan yen.

Di Tokyo, dolar merosot menjadi 122,78 yen dari 122,97 yen di perdagangan AS dan turun jauh dari tingkat di atas 123 yen awal pekan ini.

Sementara itu, euro datar di 133,94 yen dan naik menjadi 1,0906 dolar dari 1,0892 dolar di perdagangan AS.

Juga mendukung mata uang bersama adalah keputusan Bank Sentral Eropa (ECB) pekan lalu untuk tidak meningkatkan ukuran rencana stimulusnya, sementara memangkas tingkat suku bunga jauh di bawah ekspektasi pasar.

“Tidak ada insentif untuk menjual euro sekarang, karena ECB telah mengambil tindakan dan tidak ada sesuatu yang terlihat untuk beberapa waktu,” Kenji Yoshii, analis mata uang di Mizuho Securities, mengatakan kepada Bloomberg News.

“Euro mungkin naik jika harga komoditas meluncur lebih lanjut sehingga memicu penghindaran risiko, yang akan mendukung mata uang negara-negara maju atas mata uang negara berkembang dan (mata uang terkait) komoditas.” Data perdagangan pada Selasa menunjukkan ekonomi Tiongkok masih dalam cengkeraman pelambatan pertumbuhan, mengurangi permintaan untuk mata uang terkait komoditas, berimbal hasil lebih tinggi dan lebih berisiko.

Ringgit Malaysia turun 0,08 persen terhadap dolar pada Rabu, sementara rupiah Indonesia turun 0,74 persen. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*