Mata Uang Asia Menguat Terhadap Dolar AS, Termasuk Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO — Nilai tukar mata uang negara-negara berkembang Asia menguat terhadap dolar AS pada Kamis (2/12) karena lonjakan harga minyak yang mengurangi kekhawatiran pasar mengenai merosotnya permintaan dan ekonomi global yang lemah.

Kenaikan harga minyak terjadi setelah Departemen Energi AS mengatakan stok anjlok untuk pekan yang berakhir 18 Desember, sementara impor turun sekitar 13 persen dari pekan ke pekan. Kondisi tersebut membuat harapan aksi jual komoditas yang disebabkan kelebihan pasokan minyak dan lemahnya permintaah global akan segera berakhir.

Nilai tukar ringgit Malaysia melambung 0,5 persen terhadap dolar AS, sedangkan rupiah menguat 0,2 persen, won Korea Selatan menguat 0,3 persen, dan dolar Taiwan menguat tipis 0,2 persen. Dolar AS juga melemah terhadap mata uangu tama lainnya yakni anjlok menjadi 120,69 per yen dari 120,87 per yen di New York pada Rabu (23/120. Nilai tukar euro menguat menjadi 1,0928 per dolar AS dari 1,0910 per dolar, dan berada di 131,90 per yen dari 131,87 per yen di New York.

“Reli harga minyak dan komoditas secara signifikan telah mendukung sentimen pada pasar ekuitas negara-negara berkembang,” Isara Ordeedolchest, analis investasi di SCB Securities, mengatakan kepada Bloomberg News.

Ia menilai negara berkembang terpukul pada tahun ini akibat kekhawatiran pelarian modal ke AS. Pelarian modal investor ini didorong kenaikan suku bunga the Fed. Sehingga, penguatan mata uang negara berkembang di Asia tersebut dinilai sebagai perkembangan positif.

“Ini adalah perkembangan positif menjelang liburan yang datang setelah pasar mereka terpukul keras oleh dana-dana yang keluar dan harga komoditas yang lemah,” ujarnya.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*