Logam industri terimbas dinginnya harga minyak

JAKARTA. Meski timah dan nikel merupakan komoditas logam industri yang minim pengaruh langsung terhadap gejolak penurunan harga minyak mentah dunia, tapi analis menilai kedua komoditas ini tidak bisa menghindar. Apalagi secara fundamental baik timah dan nikel memang rentan.

Mengutip Bloomberg, Selasa (19/1) pukul 17.15 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Merchantile Exchange rebound 0,71% ke level US$ 29,63 per barel.

Harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange hingga pukul 12.27 WIB naik 0,11% ke level US$ 13.340 per metrik ton dengan catatan pelemahan sepekan 0,81%. Sedangkan nikel masih naik 0,34% di level US$ 8.620 per metrik ton serta melambung 4,61% dalam sepekan terakhir.

“Minyak itu investasi utama dalam bentuk komoditas, ketika kepercayaan pasar rontok terhadap minyak maka harga komoditas lainnya pun ikut berguguran,” tutur Andri Hardianto, Pengamat Komoditas. Walau pengaruhnya tidak langsung terhadap permintaan dan penawaran, tapi ketika komoditas tersebut ditinggalkan oleh pelaku pasar, harga pun akan terjun bebas.

Jika ditilik satu per satu, timah dan nikel saat ini lebih dipengaruhi oleh sajian data ekonomi China. Sebabnya, Negeri Tirai Bambu memang diketahui sebagai konsumen utama logam industri. Perlambatan yang membayangi China diduga merupakan dalang keringnya permintaan timah dan nikel di pasar global.

Penguatan yang terdulang oleh dua komoditas ini lebih disebabkan tenangnya pasar China pasca rilis data pertumbuhan ekonomi China di tahun 2015 yang masih bertengger di level 6,9% atau sesuai target pemerintah. “Tidak bisa dikatakan bagus, tapi ketika kepercayaan pasar terhadap China terjaga harapan membaiknya permintaan hadir lagi dan itu positif,” tutur Andri.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*