Kupon obligasi valas bakal naik

JAKARTA. Rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember ini menjadi tantangan bagi penerbitan obligasi valuta asing (valas). Analis memprediksi, kenaikan fed rate dapat mengerek kupon obligasi valas tahun depan.

Untuk obligasi pemerintah, porsi penerbitan surat berharga negara (SBN) valas tahun 2016 sekitar 30% dari target penerbitan SBN bruto di anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2016 yang sebesar Rp 509,38 triliun. Porsi tersebut lebih besar dibandingkan tahun ini, 24,4% dari target SBN bruto senilai
Rp 425,2 triliun.

Untuk kebutuhan anggaran tahun 2016, pemerintah  telah melakukan pembiayaan di awal atau pre funding melalui penerbitan global bond senilai US$ 3,5 miliar. Emisi ini digelar Rabu (2/12).

Loto Srinaita Ginting, Direktur surat utang negara (SUN) Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), mengatakan, global bond akan terbit dalam denominasi yen, euro dan dollar AS, baik konvensional maupun sukuk global.  “Kami juga akan mempertimbangkan apabila ada permintaan SUN valas domestik,” ujar Loto.

Pemerintah juga mempertimbangkan penerbitan global bond dengan denominasi yuan atau panda bond. Menurut Loto, pemerintah masih menghitung potensi permintaan dan pengaturan penerbitan. “Sehingga untuk panda bond masih opsional,” ujar Loto.

Bagaimana prospek penerbitan SUN valas tahun depan? Analis Obligasi Bank Maybank Indonesia Anup Kumar menghitung, apabila fed rate naik 50 basis poin hingga 75 basis poin, maka kupon surat utang negara (SUN) valas akan naik sekitar 50 basis poin hingga 75 basis poin.  “Hitungan tersebut untuk SUN valas denominasi dollar AS,” ujar Anup, Kamis (3/12).

Sedangkan menurut Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas,  kenaikan fed rate akan mendorong kenaikan yield surat utang AS, US Treasury. Analisis dia, yield US Treasury tahun depan akan naik sekitar 50 basis poin.

“Dengan suku bunga dunia yang masih rendah, kemungkinan kenaikan yield US Treasury tidak akan tinggi dan akan gradually,” ujar Handy.

Dengan asumsi tersebut, cost of fund penerbitan global bond diprediksi akan naik antara 25 basis poin hingga 50 basis poin.

Faktor internal

Handy melihat, kenaikan kupon SUN valas tidak akan signifikan lantaran membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang akan memicu membaiknya risk premium di tahun depan. Ia memperkirakan, credit default swap (CDS) Indonesia berpotensi turun sekitar 20 basis poin.

Anup juga menilai, investor masih akan meminati SUN valas Indonesia. Hal tersebut seiring ekspektasi perekonomian negeri ini yang diprediksi tumbuh di atas 5% pada tahun 2016 atau lebih baik dibandingkan tahun 2015.

Analis Fixed Income Samuel Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus memaparkan, sejumlah faktor internal yang dapat mendukung penerbitan obligasi tahun depan. Faktor-faktor tersebut antara lain,  terkendalinya laju inflasi, neraca perdagangan semakin menipis, penyerapan anggaran kian maksimal dan lebih stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Sehingga peluang BI rate turun akan semakin besar. “Apabila BI rate turun, maka pertumbuhan ekonomi akan terstimulus, sehingga PDB Indonesia akan kembali meningkat,” tutur Nico.

Kenaikan suku bunga
The Fed juga diperkirakan turut mengerek besaran kupon obligasi valas korporasi tahun depan. Maka Nico menilai, opsi penerbitan obligasi valas hanya akan dilakukan korporasi apabila kondisi global mendukung. Korporasi lebih memilih mencari cost of fund yang lebih murah. 

Dengan kondisi perekonomian domestik tahun depan yang diperkirakan meningkat, ia menduga, emiten lebih menyukai penerbitan obligasi. “Namun, biasanya korporasi valas meminjam uang dari bank negara sebelah karena memiliki tingkat cost of fund  lebih murah,” kata Nico.

Kendati begitu, penerbitan obligasi valas masih tetap menarik minat korporasi. Salah satunya adalah PT Garuda Indonesia Tbk, yang berencana menerbitkan obligasi global senilai US$ 500 juta pada semester I-2016.        


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*