Konsumsi China di Bawah Ekspektasi

INILAHCOM, Beijing – Berita mencengangkan datang dari China. Harga-harga di China naik namun tidak sesuai dengan ekspektasi karena tingkat konsumsi China melemah usai liburan Tahun Baru Imlek.

Indeks harga konsumen China naik tipis 0.8% pada Februari dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan 2,5% pada Januari menurut Biro Statistik  Nasional pada Kamis (9/3/2017). Inflasi berada di bawah 1,6% diperkirakan oleh 14 ekonom dalam jajak pendapat Wall Street Journal dan tetap jauh di bawah target inflasi yang ditetapkan pemerintah tahun ini sebesar 3%.

Hal ini terjadi setelah China melaporkan lonjakan cadangan devisa setelah penurunan terjadi selama berbulan-bulan dan defisit perdagangan pertamanya setelah tiga tahun. Data ekonomi selama dua bulan pertama di tahun ini cenderung stabil karena waktu libur panjang di China selalu berubah dri waktu ke waktu yang memperngaruhi konsumsi dan jadwal produksi.

Indeks harga produsen China naik 7,8% bulan lalu dari tahun sebelumnya, kata biro statistik. Produksi Februari, tertinggi sejak September 2008, lebih besar dari yang diharapkan dan dibandingkan dengan peningkatan 6,9% pada bulan Januari.

“CPI (Consumer Primer Index) sangat rendah. Hal ini membuat para pembuat kebijakan berada di ‘wait and see’. Saat ini mereka masih berhati-hati dan memilih untuk tidak menaikkan suku bunga acuan,” kata ekonom Macquarie Group, Larry Hu, seperti mengutip cnbc.com.

Ekonomi Chinia telah memulai pijakan solid pada 2017, di sektor properti dan infrastruktur sebagai momentum di Tahun Baru, meningkatkan permintaan impor. Harga yang tinggi didukung oleh keuntungan perusahaan dan beban utang yang berkurang. Dan cadangan devisa yang kembali mulai merayap di atas US$3 triliun minggu ini menunjukkan bahwa Beijing berhasil memerangi aliran dana keluar.

Para ekonom mengatakan bahwa mereka mengharapkan Februari menjadi titik terendah untuk CPI tahun ini. Deputi Gubernur Bank Sentral Yi Gang mengatakan pekan lalu di hadapan parlemen China dalam Kongres Rakyat Nasional tahunan bahwa inflasi konsumen pada tahun 2017 kemungkinan akan berada di antara 2% dan 3%.

Ekonom memperingatkan bahwa harga jasa lebih rendah dari perkiraan pada bulan lalu, yang menunjukkan bahwa upah satgnan karena ekonomi melemah secara bertahap dan diramalkan buruk di sektor konsumsi. “Konsumen pasti harus memotong pengeluarannya jika hal itu terjadi,” kata analis China Merchants Securities, Yan Ling.

Menurut badan statistik, penyebab utama inflasi konsumen yang melambat pada Februari adalah harga pangan yang turun 4,3% dari tahun sebelumnya, penurun bulanan pertama selama lebih dari empat tahun. Para ekonom memperkirakan bahwa harga makanan hanya sepertiga dari indeks patokan. Harga sayuran segar turun 26% bulan lalu dan harga telur turun dua digit, dan daging babi turun beringsut sedikit.

Sebaliknya, harga non-pangan pada bulan Februari naik 2,2% dari tahun sebelumnya, didorong oleh sewa yang tinggi, refleksi dari harga properti yang tinggi di kota-kota besar baru-baru ini dan biaya transportasi yang didorong oleh peningkatan harga minyak.

Ekonom mengatakank perlambatan harga konsumen pada Februari setelah hampir tiga tahun selalu tinggi kemungkinan akan menjadi titik terendah untuk inflasi konsumen tahun ini.

Percepatan harga di pabrik bulan lalu menjadi kontras dengan data tahun lalu yang lemah, karena pada 2016 China berada di tengah pertarungan selama empat tahun dengan deflasi industri, dan harga yang tinggi unutk baja, tembaga, dan bahan baku lainnnya. “Mengingat kontrol harga di banyak bagian ekonomi China, bagaimanapun harga produsen yang lebih tidak mungkin dengan cepat diartikan menjadi harga konsumen yang tinggi juga,” kata ekonom. [hid]
    


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*