Konflik geopolitik hanya mengangkat harga minyak

JAKARTA. Harga minyak ikut memanas seiring dengan memanasnya konflik antara Arab Saudi dengan Iran. Minyak mencatat kenaikan di hari kedua setelah Arab Saudi memutus hubungan diplomatik dengan Iran.

Mengutip Bloomberg, Senin (4/1) pukul 18.59 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Merchantile Exchange naik 0,51% ke level US$ 37,23 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga minyak telah menanjak 1,14%.

Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono mengatakan, konflik di Timur Tengah menjadi penyebab utama kenaikan harga minyak. Sabtu lalu, kantor kedutaan besar Arab Saudi di Teharan diserang oleh para demonstran Iran. Sehari setelahnya, Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Krisis geopolitik keduanya merupakan yang terburuk sejak tahun 1980 an.

Per Desember 2015, Arab Saudi memproduksi 10,25 juta barel minyak per hari sehingga menjaga produksi OPEC di atas 32 juta barel per hari dalam tujuh bulan berturut-turut. Sementara Iran memompa produksinya sebesar 2,7 juta barel per hari dan berencana meningkatkan ekspor ketika sanksi internasional dicabut.

Menteri minyak Iran, Bijan Namdar Zanganeh menyatakan, negara tersebut akan menambah 500.000 barel per hari dalam waktu enam bulan setelah sanksi dicabut.

Suluh mengatakan, krisis geopolitik tidak akan banyak membantu kenaikan harga jika tidak disertai dengan peningkatan demand. “Ketegangan Arab dan Iran menjadi penyebab utama kenaikan harga saat ini, tetapi belum ada kejutan besar lain yang dapat menopang harga minyak ke depan,” paparnya.

Jika belum mereda, konflik Arab Saudi bisa mendukung kenaikan minyak dalam sepekan depan dengan catatan diikuti oleh turunnya cadangan minyak Amerika Serikat (AS).

Namun jika melihat jangka panjang, cadangan minyak baik dari OPEC, Rusia maupun AS diprediksi akan tetap tinggi. Menurut data Kementerian Energi Rusia, produksi minyak mentah dan gas kondensat negara tersebut menetapkan rekor tertinggi lagi pada bulan Desember lalu, yakni sebesar 10,82 juta barel per hari. “Tahun ini sepertinya agak susah untuk mengharapkan harga minyak lebih baik dari 2015,” lanjut Suluh.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*