Kenaikan harga minyak hanya rebound teknikal

JAKARTA. Di tengah kelebihan pasokan, harga minyak anjlok hingga menembus US$ 40 per barel. Kondisi perekonomian China belum mampu menunjukkan perbaikan sehingga semakin menekan minyak, mengingat China merupakan saah satu konsumen minyak terbesar di dunia.

Mengutip Bloomberg, Rabu (26/8) pukul 13.24 WIB, harga minyak kontrak pengiriman Oktober 2015 di bursa New York Merchantile Exchange naik tipis ke level US$ 39,34 per barel dari sehari sebelumnya US$ 39,31 per barel. Selama sepekan, harga minyak sudah turun 4,7%.

Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures mengatakan, kelebihan pasokan mencerminkan kondisi fundamental minyak yang masih tertekan. Di awal pekan ini, minyak sempat menyentuh level terendahnya sejak 2009 di angka US$ 38,24 per barrel. Meski sudah meninggalkan lever terendahnya, harga minyak masih belum mampu menyentuh level US$ 40 per barrel.

Nizar memprediksi kelebihan pasokan minyak masih akan terjadi dalam jangka menengah. Pasalnya, hingga saat ini oganisasi negara pengekspor minyak dunia (OPEC) belum memberikan indikasi untuk memangkas produksi. Sedangkan pertemuan anggota OPEC baru akan digelar kembali pada akhir tahun. “Laporan terakhir, produksi OPEC di atas 30 juta barel per hari,” paparnya.

Menurut Nizar, kenaikan harga minyak setelah mencapai level terendahnya hanya merupakan rebound teknikal. Di saat pasar saham kembali tenang, maka investor memanfaatkan kondisi ini untuk bargain hunting atau membeli pada harga murah.

Nizar pun memprediksi, harga minyak dapat melanjutkan penguatan meski sulit mencapai level US$ 40 per barrel. Syaratnya, harus ada sentimen positif yang mendorong kenaikan harga. “Kalau data EIA nanti malam menunjukkan penurunan tajam, kemungkinan harga minyak bisa rebound,” imbuhnya.

Namun demikian, tren harga minyak hingga akhir tahun tetap bearish. Bahkan, harga minyak bisa tetap turun meski dollar AS melemah mengingat kondisi permintaan melambat.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*