Kenaikan harga CPO angkat emiten kebun sawit

JAKARTA. Harga minyak sawit mulai mendidih. Pada transaksi Selasa (22/3), harga minyak sawit mentah (CPO) kontrak Juni 2016 di Malaysia Derivative Exchange menguat 0,52% menjadi RM 2.712 atau US$ 664,70 per metrik ton.

Ini merupakan level harga tertinggi dalam dua tahun. Dibandingkan akhir 2015, harga sudah tumbuh 6%. Kenaikan harga CPO merembet ke pasar modal.

Harga saham sejumlah emiten CPO di Bursa Efek Indonesia menanjak. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), enam dari 10 saham emiten CPO rata-rata naik 30%.

Andrew Argado, Kepala Riset Recapital Securities menilai, kenaikan harga minyak mentah menyulut harga CPO. Tapi dia mengingatkan, kenaikan harga CPO bisa memunculkan aksi profit taking, meski banyak investor masih menunggu laporan keuangan emiten tahun 2015 yang dirilis hingga akhir bulan ini.

Sebelumnya, aksi ambil untung melanda emiten di saham tambang yang mana banyak investor yang melakukan pengurangan bobot pada saham tambang. “Prospek saham emiten saham perkebunan akan cerah jika kenaikan harga CPO berlangsung lama,” ujar Andrew kepada KONTAN, kemarin.

David Sutyanto, analis First Asia Capital mengatakan, saat ini faktor cuaca ikut mendukung penguatan harga CPO. Selama tak ada banjir, harga CPO bisa terus menguat. Kenaikan saat ini bukan didorong meningkatnya permintaan, melainkan banyak produsen menghentikan produksi akibat terkendala penjualan.

“Bagi saya, harga CPO sudah terlalu lama surut dan mungkin bisa bangkit,” ujar dia. Sementara Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada memprediksi, kenaikan harga CPO berpotensi terus berlangsung hingga akhir tahun ini.

Namun dia melihat, masih ada faktor yang mempengaruhi volatilitas harga, utamanya pasokan dan permintaan CPO, serta pemulihan ekonomi global. Dia berpendapat, penguatan harga CPO saat ini masih bersifat jangka pendek.

Harga CPO, selama permintaan Tiongkok belum pulih, maka lajunya tidak akan naik signifikan. Permintaan CPO diperkirakan baru pulih dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

“Perkembangan ekonomi Tiongkok belum pulih, masih sekitar dua hingga tiga tahun ke depan. Jika Tiongkok belum ada perubahan, pemulihan harga CPO bisa semakin lama,” estimasi Reza.

Yang jelas, faktor utama yang bakal mempengaruhi harga CPO pada tahun ini masih seputar pasokan dan permintaan. Faktor lain adalah cuaca dan nilai tukar.

Reza menilai, saat ini investor bisa memperhatikan saham emiten CPO yang memiliki kapitalisasi pasar yang cukup besar di bursa saham, seperti AALI, LSIP dan SSMS. Saham emiten CPO yang likuiditasnya cukup besar juga menarik dikoleksi.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*