Kaya Raya, Kenapa Bisa Terus Miskin Mendadak?

INILAHCOM, New York – Tidak perlu menjadi bintang film yang berselera tinggi, tetapi semua orang bisa saja membuat kesalahan dalam mengelola keuangan. Seperti Johnny Depp yang baru-baru ini mengalami krisis keuangan.

Aktor ini menggugat mantan penasehat keuangannya, Joel dan Rob Mandel dari The Management Firm pada Januari lalu. Johnny Depp mengatakan bahwa mereka membebankannya biaya sebesar US$40 juta (Rp534,9 miliar) dan menyalahkan mereka atas tagihan pajak yang mencapai US$6 juta (Rp80,2 miliar).

The Mandels mengatakan dalam pembelaannya di Pengadilan Tinggi Los Angeles bahwa Depp sangat sembrono dan memiliki gaya hidup yang sangat tidak bertanggungjawab. Depp bahkan bisa menghabiskan dua juta dolar per bulan. Namun pengacara Depp membantah tuduhan dan juru bicaranya menolak untuk berkomentar.

Apakah pengeluaran Depp atau manajemen keuangan yang buruk yang harus disalahkan? Orang biasa tanpa latar belakang keuangan bisa belajar dari masalah keuangan. Ahli mengatakan “achieving a balance in how often you check your accounts is necessary to having healthy relationship with money”.

“Masalah timbul bukan karena seseorang kaya atau tidak, tetapi mereka memperhatikan atau tidak. Berkali-kali kami melihat entertainer dan atlet yang tahu kalau mereka kaya dan mereka menjadi sangat royal dan tiba-tiba saja uangnya habis,” kaya Mark Hamrick, senior ekonomi analis di perusahaan keuangan swasta, Bankrate seperti mengutip marketwatch.com.

Telah banyak aplikasi yang berkembang beberapa tahun terakhir untuk jasa layanan keuangan pribadi. Mereka membantu memilih investasi yang sesuai dengan tingkat keuangan. Dan para penasehat keuangan juga akan mendapatkan pengawasan baru karena aturan fidusia yang akan diberlakukan April nanti.

Aturan tersebut mengarahkan para penasehat keuangan yang dibayar untuk membuat rencana pensiun akan diperlakukan sebagai fidusia. Artinya aturan yang dirancang untuk melindungi konsumen dari penasehat keuangan yang mungkin merekomendasikan investasi yang  hanya menguntungkan komisinya sendiri.

Layanan online, aplikasi, dan penasehat keuangan mungkin bisa memberikan bimbingan. Namun tanggung jawab tetap berada pada individu sendiri. “Dia harus tetap tahu dengan uang apa yang masuk dan keluar dari rekeningnya,” kata Hamrick.

Konsumen harus terus mengecek berapa banyak uang yang ada dalam rekening gironya untuk memastikan tidak ada  penipuan biaya dan overdraft dalam rekeningnya. Bank mengenakan biaya pinalti sebesar US$11,2 juta untuk setiap overdraft dan  jumlah uang yang tidak mencukupi di dalam rekening, menurut Consumer Financial Protection Bureau.

Banyak bank dan institusi keuangan lainnya mengirimkan email dan SMS pemberitahuan kepada konsumen ketika saldo rekeningnya tidak mencukupi atau ketika ada kemungkinan penipuan.

Bagi yang merencanakan keuangan pensiunnnya disarankan untuk tidak terlalu sering mengecek rekening setelah memutuskan investasi apa yang dipilih. “Pemeriksaan rekening hanya perlu dilakukan setiap kuartal atau setahun sekali,” kata penasehat manajemen keuangan, Chantel Bonneau.

Tetapi, jika memilih untuk berinvestasi di penjualan saham harus lebih sering untuk mengecek rekeningnya.

Investor juga bisa belajar dari strategi investasi miliarder Warren Buffett. Dia mengatakan ada godaan bagi orang untuk bertindak berlebihan di saham hanya karena saham selalu berubah-ubah,” demikain dikatakan Buffett dalam sebuah film dokumenter terbarunya.

“Saya tidak perlu melakukan  hal yang berbeda dengan investasi saya sendiri, tapi jika harus mengambil pelajaran dari waktu ke waktu, maka jawabannya adalah sabar. Saya tidak mengecek investasi saya di tahun-tahun awal. Buffett memberikan kenyamanan dengan membiarkan sistem yang bekerja,” kata sutradara dari film pendek tentang Warren Buffett. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*