Jokowi Ingin Rupiah Stabil Bukan Menguat

Menko Perekonomian Sofyan Djalil (kiri) tengah berbincang dengan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, sebelum rakor di kantor Kemenko, Jakarta, 15 Januari 2015. Rakor tersebut membahas tentang pembiayaan BPJS. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta – Jika dihadapkan pada dua pilihan rupiah stabil atau menguat, maka Presiden Joko Widodo menginginkan opsi pertama. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofjan Djalil mengatakan Presiden Joko Widodo ingin nilai tukar rupiah dan fluktuasinya tidak terlalu tinggi.

“Yang penting rupiah stabil, kalau menguat kita enggak bisa mengekspor,” kata Sofyan, Selasa, 10 Maret 2015. Menurut dia, saat ini semua mata uang di dunia ingin bergerak stabil.

Dia mengingatkan pelemahan rupiah hari ini berbeda kondisi saat mata uang nasional terdepresiasi tahun 1998. Rupiah saat itu, kata dia, yang melemah di depan mata uang asing seperti dolar, yen, euro, karena persoalan dalam negeri. Sedangkan pada saat ini rupiah melemah karena faktor eksternal.

“Hari ini kita melemah terhadap dolar tapi menguat terhadap euro dan yang lain,” katanya. Penguatan rupiah terhadap mata uang asing selain dolar ini, kata dia, menunjukkan kinerja ekonomi Indonesia cukup bagus. “Kalau ditanya kepada analis ini adalah hal yang wajar. Tapi kita tidak ingin volatilitas tinggi.”

Kendati presiden menginginkan rupiah bergerak stabil, Sofyan tidak bisa mengatakan kisaran angka yang diharapkan. “Karena kita bukan mem-pack harga tertentu,” katanya. Bank Indonesia, kata dia, tentu berada di pasar. “Tetapi mereka tentu akan mengambil tindakan yang bijaksana pada harga berapa mereka akan pertahankan atau menjaga stabilitas rupiah.”

ALI HIDAYAT


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*