Janet Yellen, Kenapa Faktor Cuaca Jadi Alasan?

Janet Yellen, Kenapa Faktor Cuaca Jadi Alasan?

INILAHCOM, New York – Gubernur The Fed, Janet Yellen beralasan pemangkasan stimulus belum terjadi bila ekonomi lesu karena cuaca memburuk. Tetapi bagaimana bila cuaca tidak bisa jadi alasan?

Janet Yellen di hadapan Senat AS, tetap melanjutkan langkah pemangkasan stimulus moneter. Namun menunggu ekonomi membaik setelah tertekan cuaca buruk. Saat ini stimulus moneter Fed sebesar Rp65 miliar per bulan.

Hal itu sudah dikurangi dua kali sejak Desember 2013 dari US$85 miliar. Saat itu stimulus dipangkas US$10 miliar menjadi US$75 miliar. Kesempatan pemangkasan lanjutan bisa terjadi pada pertemuan akhir Maret.

Namujn sebelum itu terjadi, Fed memantau data dengan cermat. Fed fokus pada data pekerjaan yang berpotensi tertekan karena cuaca buruk.

“Saya yakin dia akan ditanya tentang itu. Kita hanya mendapatkan data cuaca yang memicu depresi. Jadi itu menjadi lebih dari sebuah isu,” kata Tom Simons, ekonom di pasar uang dari Jefferies seperti mengutip cnbc.com.

Bahkan pada hari Rabu, data beracam yang menunjukkan potensi lebih dari sekedar dampak cuaca buruk. Sebab data aplikasi hipotek terendah dalam 20 tahun. Namun penjualan rumah yang baik lebih dari yang diharapkan pasar.

Yellen diharapkan berpidato seperti di DPR. Tetapi pasti isinya akan berbeda. Dia bisa saja fokus pada regulasi perbankan dan beberapa lembaga yang mengalami krisis. Jadi kecil kemungkinan Yellen mengabaikan dampak buruk dari cuaca ekstrim yang melanda AS di awal tahun 2014 ini.

Sementara Diana Swonk, ekonom dari Mesirow FInancial menilai perumahan merupakan bagian dari ekonomi yang akan menjadi bahan diskusi. Ini juga menjadi kewenangan Fed dalam kebijakan untuk mempertahankan suku bunga yang rendah.

Swonk mengaku prihatin dengan data perumahan yang buruk. Hal ini menandakan ada masalah struktural dari sekedar efek cuaca.

The Fed menyatakan akan mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan suku bunga dalam jangka pendek. Namun saat tingkat pengangguran mencapai 6,5 persen.


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*