Jadikan Kinerja Emiten sebagai Acuan

INILAHCOM, Jakarta – Bursa saham Indonesia bisa dibilang merupakan pasar yang tidak efektif. Sebab, para investor masih melihat pergerakan pasar domestik tidak murni, yakni tidak didasarkan pada pengaruh teknikal dan fundamental semata.

Hal inilah yang membuat pelaku pasar dalam negeri masih mudah terpengaruh dengan sentimen, sepeti misalnya adagium “sell in May and go away”.

Analis Bina Artha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, dampak dari sell in May belum tentu berlaku di Indonesia. Sebab, sentimen yang ada di dalam negeri dan di Amerika berbeda. Namun karena dibarengi dengan persepsi dan spekulasi akhirnya membuat pasar ekuitas cenderung fluktuatif.

“Oleh karena itu, pergerakan IHSG bisa menguat signifikan. Begitupula sebaliknya ketika turun pun signifikan. Untuk itu, sell in May and go away lebih pada persepsi pasar yang akhirnya membuat pelaku pasar merasa takut sendiri,” kata Reza kepada INILAHCOM di Jakarta, Kamis (4/5/2017).

Reza mengibaratkan sell in May itu berada di ruang kosong tanpa ada apapun di dalamnya sehingga membuat orang yang berada di dalamnya merasakan ketakutan. Sama halnya dengan pelaku pasar dalam negeri yang terlalu meyakini bahwa fenomena sell in May and go away ini juga terjadi di pasar saham domestik sehingga menciptakan ketakutan tersendiri.

“Karena adanya ketakutan ini, investor cenderung untuk panik bahwa penurunan harga akan terjadi dan akhirnya melakukan penjualan besar-besaran,” ucapnya.

Karena sebagian besar pelaku pasar tidak banyak melakukan transaksi tentu saja pasar akan turun. Akhirnya, mereka pun menciptakan fenomena sell in May. Sebenarnya apabila pelaku pasar tidak terlalu panik dengan adanya idiom seperti itu maka pasar domestik masih akan tenang-tenang saja. 

Memang mengacu pada sentimen laporan keuangan sudah mulai berkurang sebab banyak emiten yang sudah merilis kinerjanya, baik sepanjang tahun buku 2016 maupun kuartal I-2017. Hampir rata-rata emiten mencatatkan kenaikan kinerja dibandingkan kuartal I-2016.

Hal ini menunjukkan kinerja emiten untuk terus tumbuh. Apalagi dengan adanya perbaikan ekonomi tahun ini yang bisa memberikan kesempatan pada emiten untuk bisa tumbuh lebih baik.

“Tapi kembali lagi ketika pasar banyak digerakan oleh berbagai macam sentimen sehingga pasar bergerak bukan hanya berdasarkan pada fundamental dan teknikal tapi lebih pada persepsi yang akhirnya membuat apa yang ditakutkan pasar terjadi,” paparnya.

Secara siklus pasar di bulan Mei memang ada penurunan perolehan imbal hasil tapi bukan minat pasar. Jadi semisal dari Maret dan April pertumbuhan IHSG bisa 0,9-1 persen. Tapi begitu di Mei 0,5 persen atau 0,6 persen. Dari situ perolehan return pun terlihat turun, namun bukan berarti minatnya.

Sementara itu, jika dilihat dari transaksi asing dalam minggu ini yang masih mencetak nett buy, artinya asing masih percaya terhadap kinerja emiten domestik. Asing masih melihat bahwa kinerja emiten dalam negeri masih tidak menunjukkan kekhawatiran dan memiliki kinerja yang berkesinambungan. Kondisi makro juga cukup stabil jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya.

“Jadi kalau misal terjadi outflow, itu hanya outflow switching. Ini juga yang menyebabkan pelaku pasar domestik berpikir bahwa terjadi outflow tapi mengartikan bahwa outflow ini keluar dari Indonesia, padahal belum tentu,” kata Reza.

Kebanyakan investor dalam negeri tidak belajar dari kesalahan, termasuk untuk pengaruh-pengaruh negatif sehingga membuat pasar turun karena ketakutannya. Akan tetapi, di sisi ini investor asing justru mengambil kesempatan untuk masuk dan menguasai pasar lagi.

“Justru ini kesempatan asing untuk masuk dan memperbesar kepemilikannya kalau investor dalam negeri panik dan melakukan aksi jual yang menyebabkan harga turun,” tambah Reza.

Reza menyarankan agar pelaku dalam negeri kembali ke fundamental emiten, apakah kinerja emiten memburuk atau justru melihat peluang yang baik untuk berinvestasi. Sehingga tidak memberikan peluang kepada asing untuk mengambil kesempatan mengambil alih pasar Indonesia.

“Sebaiknya pelaku pasar Indonesia jangan mudah panik dan mempertimbangkan kinerja emiten terlebih dahulu,” tandas Reza. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*