Inilah Sentimen Pasar Saham Sepekan Terakhir

INILAHCOM, Jakarta-Meski mencetak rekor tertinggi, laju IHSG sepekan terakhir hanya menguat tipis. Inilah berbagai sentimen yang memengaruhinya baik dari eksternal maupun internal.

Pada perdagangan sepekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 5,3 poin (0,098%) ke posisi 5.391,21 pada pekan yang berakhir Jumat (3/3/2017) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 5.385,91 per Jumat (24/2/2017).

Reza Priyambada, analis senior Binaartha Sekuritas mengatakan, pergerakan IHSG di pekan kemarin kembali mampu menguat dengan kenaikan tipis 0,099%. “Kenaikan tersebut lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya yang menguat 0,65%,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (5/3/2017).

Meski hanya naik tipis di pekan kemarin, kata Reza, laju IHSG sempat mampu mencetak kembali rekor tertingginya hingga menyentuh high level 5.431,17. Angka ini di atas pekan sebelumnya 5.391,26 namun kembali terkoreksi.

Pascakenaikan, lanjut dia, laju IHSG cenderung berbalik arah melemah di awal pekan kemarin. Salah satu penyebabnya adalah adanya imbas melemahnya sejumlah laju bursa saham Asia. Kondisi itu dibarengi dengan berbalik melemahnya laju rupiah.

“Belum lagi dengan momentum jelang akhir bulan Februari sekaligus awal bulan Maret di minggu kemarin sehingga membuat pelaku pasar terlihat menahan diri dan cenderung mengamankan posisi,” papar dia.

Beredarnya anggapan bahwa pasar melemah karena tidak masuknya beberapa petinggi BEI dan OJK saat melakukan proses seleksi pimpinan OJK, dapat kami sampaikan bahwa sentimen tersebut hanya sentimen yang berlalu di mana tidak berimbas pada IHSG.

Masih banyak sentimen lain yang bisa direspons oleh pelaku pasar dan memiliki pengaruh yang lebih kuat, Di antaranya adalah rilis laporan kinerja emiten dan laporan Pemerintah melalui Kemenkeu yang menyampaikan defisit anggaran hingga 20 Februari 2017 telah mencapai Rp22,2 triliun atau 0,16 persen dari PDB, atau sedikit lebih rendah dari periode sama tahun lalu.

Sehari jelang pengumuman inflasi, laju IHSG mampu ditutup menguat meski masih di bawah harapan. “Variatif menguatnya laju bursa saham Asia, kembali terapresiasinya laju rupiah, dan aksi beli neto investor asing mampu mengantarkan IHSG ke teritori positif,” ucapnya.

Berbeda dengan laju bursa saham Asia yang bergerak positif pascapidato Presiden Trump, pada laju IHSG cenderung berbalik melemah seiring aksi jual yang memanfaatkan penguatan sebelumnya. “Kami melihat adanya imbas secara tidak langsung pengaruh pidato Trump tersebut di mana telah membuat laju dolar AS kembali melanjutkan penguatannya dan berimbas pada melemahnya laju Rupiah serta direspons negatif pelaku pasar,” papar dia.

Pelaku pasar sebenarnya merespons positif pidato tersebut di mana nantinya rencana-rencana Trump, terutama untuk belanja infrastruktur dan kesehatan akan dapat membuat ekonomi AS bertumbuh dan tentu akan sangat baik bagi Indonesia untuk lebih intens meningkatkan kerja sama perdagangan.

“Akan tetapi, karena berimbas pada pelemahan rupiah dan juga berimbas pada variatif melemahnya laju obligasi sehingga IHSG pun ikut terkena imbas pelemahan,” ungkap dia.

Jelang akhir pekan, laju IHSG mampu mengalami kenaikan di sela-sela kunjungan delegasi Arab dan telah ditandatanginya sejumlah kesepakatan antara Indonesia dan Saudi Arabia. “Entah karena kebetulan atau tidak namun, peristiwa tersebut bersamaan dengan menghijaunya IHSG,” tuturnya.

Namun demikian, Reza tidak menganggap peristiwa tersebut sebagai satu-satunya sentimen yang memengaruhi pasar. Sebab, terdapat juga sentimen lain dari imbas menghijaunya laju bursa saham global pascapidato Presiden Trump. 

Pidato tersebut telah memberikan optimisme ke pasar. Melemahnya laju rupiah sebagai imbas terapresiasinya dolar AS terimbangi dengan kembalinya asing melakukan aksi beli. Asing mencatatkan net buy Rp121,12 miliar dari pekan sebelumnya net sell Rp792,68 miliar. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*