Inilah Pemicu Kerugian Bank Permata di 2016

INILAHCOM, Jakarta – PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan kerugian bersih di tahun 2016 sebesar Rp6,5 triliun dibanding dengan laba bersih di tahun 2015 sebesar Rp247 miliar.

Perusahaan yang 44,6% sahamnya ini dimiliki oleh Astra mengalami kerugian besar karena adanya peningkatan kredit macet yang signifikan sebesar Rp12,3 triliun. Hal ini meningkatkan gross non performing loan (NPL) dari 2,7% pada 2015 menjadi 8,8% di 2016. Sementara itu, rasio net NPL naik dari 1,4% menjadi 2,2%.

Simpanan nasabah menjadi Rp130,3 triliun dari Rp145,4 triliun. Toral aset perseroan turun menjadi Rp165,5 triliun dari Rp182,6 triliun. Sedangkan total utang mencapai Rp146,2 triliun dari Rp163,8 triliun. Demikian mengutip keterbukaan informasi di BEI, (7/3/2017).

Sementara imbal hasil aset (ROA) minus 4,9 persen dari plus 0,2%. Untuk imbal hasil ekuitas (ROE) minus 38,3% dari plus 1,8 persen. Total ekuitas bersih menjadi Rp19,2 triliun dari Rp18,8 triliun.

Sementara rasio biaya opersaional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 150,8 persen dari 98,9 persen. Untuk margin pendapatan bunga bersih (NIM) menjadi 3,9% dari 4 persen. Sedangkan Loan to deposit ratio (LDR) menjadi 80,5% dari 87,8 persen.

Untuk memperkuat struktur permodalannya, Bank Permata (BNLI) bertekad akan right issue sebesar Rp3 triliun pada tahun 2017. Sebanyak Rp1,5 triliun telah diterima sebagai uang muka dari kedua pemegang saham utamanya, yakni Astra dan Standard Chartered Bank.

Selain dari Rp5,5 triliun dari right issue pada Juni 2016 lalu, bank juga akan menerima suntukan modal lainnya sebesar Rp8,5 triliun.

Saat ini Rasio Kecukukupan Modal (CAR) perseroan di 15,6 persen. Untuk struktur pendanaan dengan rasio dana murah atau CASA rasio 46,6% dari 37,9%. Pertumbuhan YOY ini sebagai tertinggi selama tiga tahun terakhir.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*