Inilah Pemicu Harga Minyak Naik di Pasar Asia

INILAHCOM, Singapura – Minyak mentah di perdagangan Asia pada Senin (6/2/2017) mengalami penguatan. Investor mencermati aturan baru pemerintah AS tentang transparansi transaksi perusahaan pertambangan di luar negeri.

Wacana itu merupakan memo aturan pemerintah baru. Jika ini disetujui maka akan ada sedikit pembatasan investasi perusahaan energi dari AS di luar negeri.

Harga minyak WTI untuk kontrak Maret naik 0,4 persen ke US$54,04 per barel. Untuk minyak mentah jenis Brent kontrak April naik 0,4 persen ke US$57,01 per barel.

Pada pekan lalu investor mencermati rencana Trump yang mengusulkan kaji ulang UU Dodd-Frank. Diantaranya juga meniadakan persyaratan untuk perusahaan ekstraktif  seperti perusahaan migas. Mereka harus mengungkapkan pembayaran untuk pemerintah AS.

The Security and Exchange Commission sebenarnya sudah menerapkan aturan tersebut mulai berlaku pada tahun 2010. Tujuannya untuk mengurangi korupsi di negara yang kaya SDA. Modusnya dengan mewajibkan perusahaan energi dan pertambangan untuk menghitung royalti dan pembayaran untuk pemerintah setempat.

Gedung Putih mengatakan aturan SEC “akan menyebabkan biaya kepatuhan tidak masuk akal pada perusahaan energi Amerika. “Selain itu, bisnis Amerika bisa menghadapi kerugian kompetitif dalam kasus ini, kalau pesaing asing mereka tidak tunduk pada aturan yang sama,” kata Gedung Putih, seperti mengutip cnbc.com.

Para pengamat mengatakan ketegangan antara AS dan Iran juga menjaga harga mengalami peningkatan.

“Langkah oleh AS untuk memberlakukan pembatasan baru terhadap Iran setelah menguji sebuah rudal balistik. Hal ini meningkatkan risiko ketegangan lebih lanjut mengganggu pasokan,” kata sebuah laporan ANZ Research.

Iran, yang memproduksi sekitar 3,7 juta barel per hari, disambut kembali ke pasar minyak global pada Januari tahun 2017. AS mencabut sanksi terhadap ekspor minyaknya.

Meskipun negara adalah peserta dalam kesepakatan produksi-pengurangan dipelopori oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak, Teheran dikatakan agresif mencari investasi segar untuk membantu jumpstart industri perminyakan lamanya. Namun sebuah kalau ada sanksi baru maka akan menggagalkan rencana Iran.

Menurut INTL FCStone, pasar saat ini telah menilai OPEC berupaya mengurangi banyak produksi. Angota kartel dan 11 produsen lain non-OPEC telah mencapai tingkat kepatuhan 75%. Sementara data produksi Januari OPEC akan dirilis pada hari Senin.

 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*