Inilah Kekhawatiran Investor Global Pekan Ini

INILAHCOM, New York – Pada pekan ini, investor global di pasar modal seperti panas dingin dengan agenda pertemuan Fed AS dan menjelang referendum Inggris untuk menentukan nasibnya di Uni Eropa.
 
Pada akhir pekan, investor sudah dikejutkan dengan insiden penembakan massal di Orlando pada Minggu pagi (12/6/2016) waktu AS. Insiden yang dilakukan pria bersenjata yang menewaskan sekitar 50 orang telah membebani pasar saham, seperti mengutip cnbc.com. 
 
Sementara, pertemuan The Federal Reserve AS pada hari Rabu pekan ini untuk mempertimbangkan kelanjutan program pelonggaran moneter. Tujuan program tersebut sedari awal untuk menyehatkan pasar obligasi global. Beberapa penawaran obligasi global dalam tekanan namun masih lebih baik dari Treasury AS. Bank Sentral Eropa menilai pembelian obligasi swasta memberi tekanan kepada imbal hasil obligasi.
 
Kondisi pasar obligasi saat ini mencerminkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global. Ini juga akibat dari kekhawatiran tertundanya brexit yang akan dilakukan orang Inggris pada 23 Juni. Dampaknya penawaran obligasi global pemerintah Jerman dengan tenor 10 tahun imbal hasilnya penyentuh 0,01 persen. Yield untuk obligasi AS dengan tenor yang sama berada di 1,6 persen pada Jumat akhir pekan lalu.
 
Sementara indeks Dow Jones mencoba mengamankan posisi di area positif dengan berada di atas level 18.000 lagi. Indeks S&P 500 berakhir di lewvel 2132 sebagai level tertinggi baru. Tetapi menjelang akhir pekan saham melemah dengan tren volatilitas meningkat. Bursa Eropa mengalami aksi jual, dolar AS bergerak menanjak setelah harga minyak melakukan koreksi. Namun emas berjangka meningkat hingga 2,7 persen, sterling turun 1,7 persen terhadap dolar AS dan euro melandai.
 
Indeks Dow Jones berhasil mengumpulkan 0,3% ke 17.865, indeks S&P 500 hanya turun 0,1 persen ke 2.096 pada pekan ini dan indeks melemah 0,9 persen ke 4.894. Penguatan tajam terjadi pada minyak mentah berjangka AS jenis West Texas Intermediate (WTI) yang membantu mengangkat indeks pada awal pekan lalu. Namun akhirnya menyerah di harga US$49,07 per barel atau tercatat naik 0,8 persen pada pekan ini.
 
“Kami tidak terkejut dengan pelemahan 5-10 persen pasar saham dalam beberapa pekan ke depan, seperti menjelang pemilihan Brexit,” kata John Canally, ekonom dan strategi pasar di LPL Financial, menanggapi hasil jajak pendapat sekitar 55 persen warga Inggris mengharapkan untuk keluar dari Uni Eropa.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*