Inilah Dilema Produsen Minyak Mentah Saat Ini

INILAHCOM, New York – Harga minyak mentah di pasar global masih belum stabil, niat meningkatkan harga minyak terhalang peningkatan produksi dari AS. Inilah reaksi para produsen minyak mentah ke depan.

Beberapa negara produsen minyak mentah seperti Arab Saudi, Rusia, Brasil, Meksiko dan AS akan melakukan pertemuan di Houston Senin (6/3/2017) pekan depan. Mereka akan makan malam di sela-sela konferensi tahunan CERAWeek yang diseponsori IHS Markit.

Jamuan makan ini merespon langkah pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC dan beberapa negara non-OPEC. Sebab kesepakatan mereka untuk mengembalikan harga minyak di atas US$50 per dolar seperti sebelum tahun 2014 belum akan lancar. Sebab tren produksi minyak AS terus mengalami peningkatan.

Kecenderungan produksi AS akan berpotensi mengagalkan tujuan kesepakatan OPEC dan non-OPEC. OPEC akan melakukan pertemuan resmi pada bulan Mei mendatang. Tujuannya untuk mempertimbangkan kelanjutan kesepakatan tersebut.

Sementara Rusia di posisi mendukung kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sejak 1 Januari 2017. Tetapi dengan potensi harga minyak mentah terus melemah akan meningkatkan kekhawatiran produsen minyak terbesar di dunia ini.

Namun produsen minyak mentah di AS seperti berdiri di posisi independen. Mereka justru mengincar pengeboran konvensional. Tujuannya untuk menekan biaya namun hasilnya maksimal.

Sektor migas AS mendapat semangat baru di era Presiden Donald Trump yang mengagendakan pro-hidrokarbon. Isinya mendorong lebih banyak pengeboran dan pembangunan infrastruktur energi termasuk keystone yang kontroversial dan pipa ke Dakota.

Cerita terpanas tahun ini adlaah saluran di bawah Texas dan New Meksiko. Belum lagi industri AS yang memiliki kemajuan teknologi pengeboran sehingga memberikan potensi keuntungan meski harga di kisaran US$40 per barel.

“Saya pikir OPEC maish berharap kalau ini sebagian besar masih cerita Permian. Itu banyak biaya yang mengalami deflasi. Tetapi kami melihat akan naik seiring kenaikan harga. Layanan perusahaan akan dikenakan lebih. Pasti akan ada semacam keseimbangan. Saya tidak perpikir masalahnya adalah kepatuhan OPEC. Karena Saudi akan melakukan apa yang diperlukan,” kata analis komditas global di RBS, Helima Croft seperti mengutip cnbc.com.

Agenda dalam pertemuan tersebut antara lain Menteri Energi Rusia Alexander Novak berbicara Senin (6/3/3017). Sedangkan Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih berpartisipasi Selasa (7/3/2017).

Pertemuan tersebut untuk membahas nasib kesepakatan OPEC dan non-OPEC. “Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Kepatuan yang lebih tinggi dari permasalahan di masa lalu,” kata Wakil ketua IHS Markit, Daniel Yergin. “Saya pikir mereka berkomitmen untuk masalah ini. Itulah hal utama yang ingin mereka sampaikan.”

Para pengamat mengatakan masalah yang sebenarnya adalah apa Arab Saudi dan Rusia mengatakan tentang penegakan kesepakatan ini untuk masa depan. Selain itu, apakah mereka siap untuk merangkul perpanjangan kesepakatan produksi enam bulan dalam menghadapi meningkatnya produksi dari Amerika Serikat.

“Tentu saja, bermain Permian dan tidak konvensional membawa dimensi baru ke pasar, dan itu hanya pertanyaan tentang bagaimana OPEC bermaksud untuk menanggapi itu.”

Arab Saudi telah memikul bagian terbesar dari langkah pemotongan produksi. Sebagai eksportir terbesar di dunia, itu adalah pendorong utama dari kebijakan OPEC, dan itu tidak jelas berapa banyak tekanan itu akan mengambil harga jika Amerika Serikat terus menaikkan produksi.

Amerika Serikat, pada kenyataannya, telah memproduksi 9 juta barel per hari baru-baru ini. Hal ini telah memiliki sejumlah hari musim dingin ini. Jadi ekspor minyaknya AS menembus rekor tertinggi, lebih dari 1 juta barel per hari.

 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*