Inilah Dampak Kebakaran di Pabrik PT Berlina Tbk

INILAHCOM, Jakarta – PT Berlina Tbk (BRNA) menjelsakan insiden kebakaran pada 24 Mei pekan lalu telah mengakibatkan penurunan penjualan hingga Rp12-16 miliar per bulan.

Perseroan akan memetakan lagi untuk mengalihkan proses produksi ke lokasi-lokasi pabrik sehingga penurunan penjualan dapat diminimalkan. Demikian mengutip keterbukaan informasi di BEI, Senin (29/5/2017).

Kebakaran tersebut terjadi pada Rabu (24/5/2017) sekitar pukul 04.00 WIB di lokasi Jl Kababeka Raya Blok E 12-17, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Wangunharja, Cikarang Utara, Bekasi. Kebakaran tersebut menimbulkan kerusakan hingga 90% area pabrik mencakup lokasi produksi, 26 buah mesin produksi dan 11 buah mesin dekorasi, wilayah gudang dan persediaan pabrik.

Saat ini kebakaran telah dapat teratasi, namun upaya untuk memadamkan dan mencari potensi rawan titik api masih terus berlanjut. Tujuannya untuk memastikan kebakaran telah padam sepenuhnya dan tidak akan berlanjut. Informasi penyebab kebakaran masih menunggu hasil penyelidikan resmi dari pihak terkait.

Dalam musibah kebakaran tersebut tidak ada korban jiwa dan besarnya kerugian belum dapat dipastikan karena masih menunggu hasil penyelidikan secara menyeluruh.

Perseroan akan melakukan pembelian lagi mesin-mesin produksi yang baru. Rencana ini membutuhkan waktu sekitar 4-5 bulan sehingga proses produksi normal lagi dan melanjutkan pasokan ke pelanggan.

Perseroan telah mendapat dukungan dari pemasok besin untuk jangka panjang. Caranya dengan memberikan tenor pembayaran dengan L/C 360 hari dan mengupayakan uang muka yang lebih kompetitif. Dengan demikian mengurangi beban arus kas perseroan.

Bisnis BRNA meliputi industri plastik dan industri lainnya yang menggunakan bahan pokok plastik dan fiber glass. Kegiatan utama BRNA adalah untuk melayani industri produk-produk kosmetika, farmasi, makanan dan minuman, barang-barang industri lain sebagainya.

Jenis produk yang dihasilkan BRNA berupa botol plastik, botol air galon, sikat gigi, mould, laminating tube dan plastik tube.

Para pemegang saham BRNA di atas 5 persen antara lain PT Dwi Satrya Utama (induk usaha) (43,51%), Komodo Fund (10,41%) dan Lisjanto Tjiptobiantoro (pengendali) (5,08%).

Saham BRNA pada perdagangan kemarin berakhir di Rp1.145 per saham. Dalam setahun terakhir harga tertinggi saham BRNA di Rp1.260 per saham pada penutupan 12 April 2017. Sedangkan harga terendah di Rp876 per saham pada penutupan 15 Juni 2016.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*