Inilah Alasan PT Indo Farma Tak Capai Target 2016

INILAHCOM, Jakarta – PT Indo Farma Tbk (INAF) menjelaskan tidak tercapai karena tidak tercapainya target penjualan tender alat kesehatan sebesar Rp200 miliar dan tidak dipenuhinya produk reguler.

Salah satunya karena langkah penghemaan yang dilakukan Kementerian Kesehatan atau lembaga untuk memangkas belanja. Langkah ini sesuai dengan Inpres RI No. 4 Tahun 2016. Kementerian kesehatan melakukan efisiensi belanja opersional sebesar Rp685 miliar dan efisiensi belanja lainnya sebesar Rp366 miliar. Namun secara keseluruhan penghematan anggaran Kementerian Kesehatan/Lembaga mencapai Rp6,5 triliun menjadi Rp57,5 triliun.

Hal ini berdampak pada pencapaian target perseroan. Demikian mengutip keterbukaan informasi di BEI, akhir pekan lalu.

Hal ini sebagai dampak dari anak usaha perseroan, PT Indofarma Global Medika (IGM) tidak dapat mencapai laba karena tidak tercapainya target penjualan. Apalagi terjadi peningkatan biaya operasional yang tidak diikuti dengan peningkatan penjualan.

Perseroan menargetkan penjualan tender alat kesehatan sekitar Rp200 miliar tetapi tidak terpenuhi sesuai rencana. Perseroan yang merupakan BUMN farmasi ini memprediksi akan mendapat laba bersih perseroan hingga akhir tahun ini sebesar Rp7,88 miliar. Estimasi ini jauh dari target perseroan untuk dapat membukukan laba bersih sebesar Rp30 miliar.

Pada awal tahun 2016, perseroan menargetkan penjualan Rp1,9 triliun. Namun saat ini perseroan hanya memperkirakan akan mencatat penjualan Rp1,69 triliun. Penjualan diasumsikan akan berasal dari obat generik 99%, sementara alat kesehatan dan obat herbal 1%.

Namun pada tahun 2016, perseroan telah mempersiapkan bisnis baru seperti peralatan rumah sakit dengan memanfaatkan salah satu unit bisnis bernama Indomach yang selama ini membuat mesin-mesin farmasi. Pengembangan rapid test kit diagnostic yang merupakan fasilitas produksi dan pengemasan. Perseroan mengharapkan dapat mulai beroperasi pada kuartal pertama tahun 2017.

Saat ini, perseron mendominasi sebagai pemasok obat generik untuk masyarakat. Perseroan memiliki 158 item obat generik dan 14 kelas terapi. Dari tiga BUMN farmasi, perseroan mendominasi pasokan obat generik untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Perseroan hampir memproduksi 90 persen obat generik dengan fasilitas produksi lengkap di Cibitung Bekasi, Jawa Barat. Selain generik, perseroan juga memproduksi herbal dengan kompetensi dan teknologi yang modern. Perseroan juga sudah masuk dalam bisnis hispital bed dan produksi test kit diagnostik.

Pada kuartal ketiga 2016, pasar farmasi tumbuh 3,9 persen menurut data IMS Health. Pasar obat generik tetap tumbuh double digit sesuai dengan implikasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan.

Pada penutupan perdagangan akhir tahun 2016 saham INAF di harga Rp4.680 setelah turun 10 persen dari pembukaan di Rp5.300 per saham. Dalam setahun terakhir harga saham terendah di harga Rp160 per saham pada penutupan perdagangan 6 Januari 2016. Sementara harga tertinggi di harga Rp5.200 per saham dari penutupan 29 Desember 2016.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*