Inilah Alasan China Pengaruhi Harga Komoditas

INILAHCOM, Beijing – Rencana pembangunan infrastruktur dari pemerintah China telah meningkatkan harga di pasar komoditas. Bursa komoditas di Sydney pun ikut melonjak sebagai pasar terbesar Negeri Kanguru tersebut.

Saat ini, pemerintah China bergerak berusaha untuk menjadi penentu harga komoditas di pasar global. “Dalam dua tahun terakhir penentu harga logam global bergeser ke timur,” tulis analis Citi pada akhir Februari lalu seperti mengutip cnbc.com.

Dengan spekulasi yang sangat tinggi, peran China sebagai penentu harga sulit dipahami. Bahkan Harga bergerak sangat volatile di pasar. Apalagi jumlah investor individu sangat banyak. Sebuah skandal pembiayaan komoditas di 2014 telah meruntuhkan kepercayaan secara keseluruhan.

Namun tidak ada yang mampu menghentikan China dengan volume perdagangan cukup besar. Seperti kontrak HFE tembaga telah meningkat 50 persen dalam enam tahun terakhir. Volume perdaganan SHFE tembaga telah melampaui angka tersebut di London Metal Axchange (LME) sebagai khas pasar tradisional.

Di Shanghai, rata-rata kontrak harian tembaga paling aktif sekitar 3,02 juta ton pada 2016, menurut catatan Citi. Sementara rata-rata omset kontrak tembaga di LME tahun 2016 sekitar 1,5 juta ton tembaga per hari.

Investor menyadari gerakan harga komoditas di China sering diperbesar karena mereka tidak benar-benar bisa menghadang spekulasi. “China memainkan peran penting dan lebih penting dalam perdagangan berjangka. Saat ini, para pedagang di China cenderung lebih jangka pendek dan lebih spekulatif. Banyak pedagang di AS membencinya. Tetapi itulah tren global sebab China merupakan konsumen terbesar untuk pasar logam,” kata Lin Asset Management, Chen Lin.

Namun ada keterbatasan dan kelemahan dari pengaruh SHFE dalam pembentukan harga sehingga mengkhwatirkan pasar. Pembentukan harga tersebut lebih dominan karena spekulasi bukan karena faktor permintaan dan penawaran.

“Pasar tembaga di LME memiliki tingkat likuiditas yang lebih bagus untuk dua tahun ke depan. Sementara SHFE memiliki likuiditas yang tipis dengan kontrak jangka panjang lebih dari tiga bulan,” tulis analis Citi.

Hal ini dibuktikan dengan omset kontak yang paling aktif diperdagangkan di masing-masing bursa. Pada SHFE itu, acuan kontrak menyumbang sebagian omset, sedangkan pada LME menyumbang hanya 40 persen. Aktivitas perdagangan yang kurang mendalam di Shanghai membuat tangangan tersendiri bagi investor untuk melindungi nilai aset mereka.

Untuk saat ini, perdagangan di bursa komoditas di China masih dibebani oleh kurangnya konvertibilitas valuta asing dan partisipasi asing terbatas karena peraturan.

“Pasar SHFE tetap jangka sangat pendek dan fokus ke lokal. Tetapi dengan spillover meningkat ke tingkat volatilitas global,” tambah Citi. “Ini mungkin telah menjadi fitur yang paling mencolok dari pasar berjangka Cina, bukan dampak pada penentuan harga.” Walaupun tembaga merupakan indikator pertumbuhan.

 


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*