Ini yang Bikin Dolar AS Merosot ke Rp 13.400

Jakarta -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Mata uang Garuda ini menguat cukup tajam hingga ke level Rp 13.400.

Mengutip data peragangan Reuters, Jumat (9/10/2015), dolar AS dibuka di level Rp 13.626 dan sempat menyentuh level tertingginya di angka Rp 13.800, dan level terendahnya di Rp 13.400.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), David Sumual menilai, penguatan rupiah yang cukup signifikan ini merespons hasil meeting The Federal Open Market Committee (FOMC) semalam, yang memberikan sinyal jika bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed), tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya setidaknya hingga akhir tahun ini.

“Hasil FOMC semalam, pasar membacanya bahwa kenaikan suku bunga bakal ditunda. Spekulasinya bahkan Maret tahun depan baru akan dinaikkan. Karena kalau suku bunga dinaikkan, dolar AS tambah kuat dan inflasi tinggi. Sementara target mereka inflasi hanya 2%,” jelas dia kepada detikFinance, Jumat (9/10/2015).

David menjelaskan, penguatan rupiah saat ini sudah cukup tinggi bahkan lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di Asia. Sinyal The Fed yang diyakini pelaku pasar tidak akan menaikkan suku bunga acuannya di tahun ini, dibarengi dengan peluncuran paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III memberikan sentimen positif di pasar keuangan.

“Rupiah sama ringgit penguatannya paling tinggi dibanding emerging market lainnya. Mungkin kemarin investor melihat kalau rupiah dan ringgit terlalu melemah sehingga murah, jadi saat ada sinyal The Fed tidak jadi naikkan suku bunga, mereka beli,” jelas dia.

Terkait itu, David mengatakan, para Fund Manager atau Manajer Investasi banyak membeli aset dalam bentuk rupiah dan ringgit. Ini membuat rupiah terus menguat.

“Jadi Fund Manager banyak beli aset dari emerging market, khususnya rupiah,” katanya.

(drk/wdl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*