Ini penyebab rupiah kembali melemah ke Rp 14.691

JAKARTA. Deflasi yang terjadi pada September 2015 tidak mampu mendorong rupiah untuk mengungguli USD. Tekanan dari eksternal yang signifikan memicu kembali merunduknya rupiah di hadapan the greenback.

Di pasar spot, Kamis (1/10) posisi rupiah di hadapan USD tergerus 0,26% ke level Rp 14.691 dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia, nilai rupiah terjaga dengan penguatan tipis 0,02% di level Rp 14.654.

“Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan mengikuti tren arah mata uang di kawasan Asia. Di tengah kondisi perekonomian global yang belum membaik, dollar AS tampaknya dinilai pelaku pasar sebagai satu-satunya mata uang ‘safe haven,” ujar Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri dikutip dari Antara.

Menurut dia, sentimen eksternal masih menjadi penahan bagi nilai tukar rupiah untuk kembali terapresiasi. Apalagi, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga belum memastikan kapan suku bunga acuannya akan dinaikkan.

Ia menambahkan bahwa data manufaktur Tiongkok yang mengalami penurunan serta proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang juga masih melambat menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

Dari dalam negeri, Reny Eka Putri mengatakan bahwa ekonomi Indonesia yang masih akan mengalami perlambatan pada tahun ini juga masih menjadi salah satu faktor sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

“Secara fundamental, beberapa sektor usaha di dalam negeri masih mengalami perlambatan seperti pertambangan dan manufaktur,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, berbagai paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia juga diperkirakan berdampak pada jangka menengah dan panjang, sehingga belum direspon pada saat ini.

“Sentimen positif dari kebijakan pemerintah dan BI serta data ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada September 2015 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen, juga belum direspon pasar,” katanya.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa faktor eksternal masih menjadi sentimen utama bagi fluktuasi nilai tukar rupiah. Namun, potensi rupiah kembali menguat masih cukup terbuka menyusul paket kebijakan ekonomi jilid II itu cukup menggiurkan bagi investor untuk masuk ke Indonesia.

“Dampak dari kebijakan pemerintah itu memang tidak akan langsung bagi penguatan rupiah, namun ke depannya rupiah masih positif,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (1/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp 14.654 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.657 per dollar AS.

Editor: Yudho Winarto.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*