Ini penyebab penguatan rupiah di akhir pekan

JAKARTA. Mata uang garuda berbalik arah di akhir pekan setelah sempat tertekan pada awal pekan ini. Sentimen eksternal masih mendominasi pergerakan rupiah.

Di pasar Spot, Jumat (22/1) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,44% ke level Rp 13.845 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, rupiah naik 0,47%.

Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah menguat 0,18% ke level Rp 13.874 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya serta turun tipis 0,005% dalam sepekan terakhir.

David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk menyatakan, sentimen penggerak rupiah sepanjang pekan ini masih dominan dari sisi eksternal. Di awal pekan, rupiah terseret oleh perlambatan ekonomi di China hingga tergerusnya harga minyak mentah dunia. Sementara dari dalam negeri belum ada sentimen positif yang dapat mengangkat rupiah.

Namun, menjelang akhir pekan pergerakan rupiah berbalik arah setelah harga minyak mengalami kenaikan. Di samping itu, upaya Bank Sentral China (PBOC) menyuntikkan dana US$ 60 miliar untuk menambah likuiditas juga berhasil menggairahkan bursa saham Asia sehingga turut berdampak pada penguatan rupiah.

“Di sisi lain, dollar AS juga tertekan lantaran data ekonomi Amerika Serikat lebih buruk dari proyeksi,” ujar David.

Sementara dari dalam negeri, pergerakan rupiah sepi sentimen. Data ekonomi dari dalam negeri, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi baru akan dirilis pada awal Februari 2016.

Meski demikian, David memperkirakan rupiah akan menguat sepekan ke depan dengan dukungan stimulus ekonomi China dan data ekonomi AS yang tidak sesuai dengan prediksi.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*