Ini Data Melemahnya Mata Uang Asia Karena Langkah Geger China

Jakarta -Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) membuat banyak mata uang negara di Asia melemah. Tidak terkecuali rupiah.

Rupiah sudah melemah lebih dari 10% dari posisinya awal tahun ini. Pelemahan juga dialami oleh mata uang negara-negara di Asia lainnya.

“Secara umum, hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam keterangan tertulis, Rabu (12/8/2015).

Berikut ini beberapa mata uang di Asia dan kinerjanya sejak awal tahun:

  • Ringgit Malaysia melemah 13,3%,
  • Won Korea Selatan melemah sebesar 7,9%
  • Baht Thailand melemah sebesar 7,4%
  • Yen Jepang melemah 4,8%

Rupiah menjadi yang terlemah kedua setelah Malaysia. Sementara mata uang negara benua lain juga melemah cukup dalam. Ini contohnya:

  • Euro melemah 8,9%
  • Real Brasil melemah 29,4%
  • Dolar Australia melemah 10,6%

Perkembangan rupiah dalam beberapa terakhir ini terutama disebabkan oleh perkembangan global. Pasar masih bereaksi terhadap keputusan pemerintah China yang melakukan depresiasi mata uang yuan.

Langkah tersebut dilakukan China untuk mempertahankan kinerja ekspornya, yang menurun drastis sebesar 8,3% pada Juli 2015, atau merupakan penurunan terbesar dalam 4 bulan terakhir.

Secara global, depresiasi yuan tersebut memberi dampak pada negara-negara mitra dagang China yang ekspornya mengandalkan sumber daya alam, termasuk Indonesia. Kebijakan depresiasi seperti ini pernah dilakukan pemerintah China pada tahun 1994, yang juga berdampak pada perekonomian global saat itu.

Sementara itu, perkembangan data terkini di AS seperti data ISM non manufacturing index, data tenaga kerja, menunjukkan tanda-tanda membaik sehingga menimbulkan ekspektasi dari pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga kebijakan AS (Fed Fund Rate) akan dilakukan lebih cepat.

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*