Ini Cara Pengusaha Pesawat Carter Siasati Gejolak Harga Avtur

Jakarta -Kinerja keuangan maskapai komersial yang melayani penerbangan berjadwal mengalami hantaman dari mahalnya harga avtur atau bahan bakar minyak (BBM) untuk pesawat. Pasalnya, sekitar 60% biaya operasional pesawat disokong oleh avtur.

Harga avtur selalu berubah-ubah seiring fluktuasi harga minyak dunia atau nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun, gejolak harga avtur ternyata tidak berdampak signifikan terhadap bisnis pesawat sewa atau carter.

Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Bidang Penerbangan Tidak Berjadwal, Denon Prawiraatmadja menyebut, bisnis sewa pesawat dan helikopter umumnya dilakukan dengan skema kontrak jangka menengah hingga panjang. Di dalam kontrak tercantum adanya perubahan kurs.

“Kita sepakati dengan mining dan oil company pakai fuel price yang saat ini atau current,” kata Denon kepada detikFinance, Minggu (5/10/2014).

Bahkan, lanjut Denon, ada perusahaan pesawat carter yang memiliki kontrak untuk menyediakan layanan sewa namun tidak memiliki pesawat atau helikopter. Mereka bisa menyewa kepada pihak ketiga sehingga biaya bisa ditekan saat bisnis carter tengah lesu.

“Di bisnis ini belum tentu terus produksi (ada penyewa). Yang penting punya kotrak. Dia punya kontrak tapi bisa nyewa,” ujarnya.

Denon menyebut bisnis sewa helikopter dan pesawat saat ini sedang bergairah bahkan trennya meningkat. Penyewa umumnya datang dari kalangan pengusaha serta perusahaan migas dan pertambangan.

“Dari beberapa operator naik sekitar 20%-30% tahun 2014,” ungkapnya.

(feb/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*