Inflasi dan Defisit Perlemah Rupiah Sepekan

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS seiring masih defisitnya neraca perdagangan dan inflasi Desember yang berada di atas ekspektasi.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI) nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah 7 poin (0,056%) ke posisi 12.474 per dolar AS pada pekan yang berakhir Jumat, 2 Januari 2015 dibandingkan pekan sebelumnya di angka 12.467 pekan yang berakhir 24 Desember 2014.

Reza Priyambada, kepala riset Woori Korindo Securities Indonesia (WKSI) mengatakan, laju nilai tukar rupiah di awal pekan terlihat mampu berbalik positif. “Bahkan, rupiah berhasil melampaui perkiraan kami sebelumnya di mana tampaknya mendekati penghujung tahun, laju dolar AS masih menunjukkan penguatannya seiring dengan maraknya sentimen pemulihan ekonomi AS,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, akhir pekan ini.

Masih adanya imbas dari rilis data-data ekonomi AS yang kian naik, lanjut Reza, membuat sentimen negatif masih akan menyelimuti sehingga waspadai potensi pelemahan lanjutan. “Kebetulan juga penguatan ini terjadi seiring berita akan diumumkannya kebijakan baru pemerintah terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi,” ujarnya.

Meneg Perekonomian mengakui, salah satu kebijakan yang segera diumumkan adalah terkait penyesuaian kembali harga BBM bersubsidi dan kemungkinan penerapan subsidi tetap dalam APBN-Perubahan 2015. “Tujuannya, untuk mengurangi beban belanja akibat tingginya alokasi subsidi energy,” tuturnya.

Laju nilai tukar rupiah menutup tahun 2014 di zona positif meskipun jika dihitung secara tahunan (year on year) tercatat melemah. Akhir 2013, laju rupiah berada pada posisi 12.217-12.140 dan di akhir tahun ini bertengger di posisi 12.494-12.409.

Selain itu, lanjut Reza, sepanjang perdagangan juga terpantau laju rupiah cenderung variatif di mana sempat mengalami pelemahan seiring dengan masih kuatnya laju dolar AS. Akan tetapi, rupiah mampu berbalik positif seiring dengan terapresiasinya laju Yen dan Yuan serta beriringan dengan menghijaunya laju IHSG yang ditopang oleh aksi beli investor asing.

Namun demikian, kembali menguatnya dolar AS setelah terimbas melemahnya laju Euro seiring langkah European Central Bank (ECB) yang akan mengeluarkan stimulus, membuat rupiah kembali melemah.

Apalagi, lanjut dia, dengan berita kembali defisitnya neraca perdagangan di mana nilai ekspor dan impor di bulan November 2014 mengalami penurunan. Belum lagi dengan lonjakan inflasi Desember 2014 yang menjadi sentimen negatif sehingga melemahkan nilai tukar rupiah. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*