IHSG berpotensi tertekan ke level 4.000

JAKARTA. Pengamat pasar modal Edwin Sebayang menilai potensi indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia tertekan menuju level 4.000 poin cukup terbuka jika nilai tukar rupiah tidak mengalami perbaikan.

“Ketika nilai tukar rupiah berada pada level Rp13.000 per dollar AS saja kinerja perusahaan tercatat atau emiten di BEI mengalami perlambatan pada semester I 2015, apalagi kondisi saat ini yang mulai menuju level Rp15.000 per dollar AS, maka mayoritas kinerja emiten berpotensi kembali terpukul. Kekhawatiran itu mempengaruhi investor saham sehingga mereka cenderung melakukan aksi jual,” ujar Edwin Sebayang yang juga Kepala Riset MNC Securities, Rabu (23/9).

Menurut dia, depresiasi nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi kinerja emiten, apalagi bagi perusahaan yang memiliki utang berdenominasi dollar AS dan ketergantungan impor tinggi untuk bahan baku.

“Bahan baku impor membuat beban perusahaan meningkat, maka mau tidak mau meningkatkan harga jual. Namun, penjualan juga mengalami penurunan. Artinya, situasi itu berpotensi menggerus pendapatan dan laba emiten,” katanya.

Ia memaparkan pada semester I 2015 lalu, rata-rata kinerja emiten turun sekitar 3,5 %. Tren pelemahan rupiah yang terus mendekati level Rp15.000 per dollar AS, maka membuka peluang kinerja emiten akan kembali mengalami koreksi sekitar 4,5-5 %.

“Fenomena itu yang pada akhirnya membuat kinerja saham-saham unggulan mengalami kontraksi sehingga IHSG ikut tertekan. Saat ini pelaku pasar sedang menyesuaikan posisi, saya lihat IHSG bisa mencapai level 4.005 poin bahkan bisa di bawah untuk skenario terburuknya,” ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan bahwa beberapa kebijakan sudah dikeluarkan oleh regulator dalam rangka menahan penurunan IHSG BEI lebih dalam.

“Kebijakan untuk pembelian kembali atau ‘buyback’ saham tanpa RUPS sudah dibuka, masing-masing pihak mungkin masih sedang melakukan perhitungan untuk memanfaatkan kebijakan itu. Emiten masih ‘wait and see’ apakah harga sahamnya sudah berada dalam level batas bawah atau belum,” ujarnya.

Menurut dia, meski kebijakan-kebijakan sudah dikeluarkan, pelaku pasar juga mengantisipasi kondisi global yang sentimennya masih cenderung negatif. Namun, dirinya yakin kebijakan yang telah dikeluarkan itu akan direspon pasar.

“Sikap pasar tidak lepas dari global. Namun kami optimistis akan ada perbaikan indeks BEI dan nilai tukar rupiah ke depannya,” katanya. 

Editor: Yudho Winarto.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*