Hati-hati, Dolar AS Siap Menguat Lagi

Jakarta -Isu kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) kembali muncul seiring dengan akan digelarnya The Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir tahun ini bulan depan. Seperti biasa, hal ini seringkali memberikan goncangan terhadap pasar keuangan global termasuk di Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia‎ (BI) Mirza Adityaswara menilai rencana tersebut akan mendorong dolar AS kembali menguat terhadap mata uang hampir semua negara, term‎asuk. Indonesia. Rupiah pun akan kembali melemah.

“Begitu kemudian The Fed mengatakan akan naik di bulan Desember. Kemudian, market di Indonesia dan lainnya antisipasi dan dolar menguat lagi,”‎ ungkapnya dalam acara Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 di JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (19/11/2015)‎

Meski demikian, kebijakan tersebut bukan lagi kabar baru. Harusnya sisi positif yang dapat dilihat bahwa bila direalisasikan bulan depan, berarti masa ketidakpastian pasar keuangan global akan hilang.

“‎Bila benar ini akan dinaikkan, suatu ketidakpastian sudah lewat. Masalahnya nanti kemudian apa selanjutnya‎,” sebutnya.

Kenaikan suku bunga tersebut akan bergerak pelan dan bertahap. Sekarang posisi suku bunga 0,25%, jauh dibandingkan posisi sebelumnya yang bergerak di level 2-4%. Maka kenaikan bertahap akan mendorong investor sedikit bernafas mengikuti alurnya.

“Orang menangap Fed Fund Rate tadinya naik akan cepat, seperti 2004-2006. Sekarang sudah berbeda, mungkin 0,25% naik, kemudian stop. Gradual but very slow. Supaya tidak ada kepanikan dan ekonomi AS tidak jatuh lagi,” jelas Mirza.

Mirza menceritakan rencana tersebut telah muncul sejak dua tahun lalu, tepatnya Oktober 2013. Rupiah mulai mengikuti pelemahan terhadap dolar AS sampai mencapai level tertingginya pada beberapa bulan lalu yaitu Rp 14.800.

Namun kemudian, Oktober 2015 dolar melemah drastis sampai ke level Rp 13.500. Ini dikarenakan ada perubahan persepsi pasar pasca FOMC yang terjadi di bulan September menunda kenaikan akibat data perekonomian AS yang tidak diharapkan.

“Waktu itu persepsinya suku bunga tak jadi naik bulan Desember tapi di kuartal I bahkan mungkin kuartal II-2016,” ujarnya.

Sekarang terlihat kembali pelemahan rupiah, sebab ada sinyal yang menunjukkan kenaikan bunga akan dilakukan pada Desember.‎

“Maka sekarang beralih ke Desember maka persepsi pasar berubah lagi,” imbuhnya.‎

(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*