Harga Timah Anjlok 2,5 Persen Tergerus Kemerosotan Bursa Wall Street dan Eropa

Harga timah di bursa Malaysia anjlok pada perdagangan Selasa (07/02). Penurunan harga timah tertekan pelemahan bursa Wall Street dan Eropa semalam.

Bursa saham AS jatuh pada akhir perdagangan Selasa dinihari (07/02) tertekan pelemahan minyak mentah, serta kehati-hatian investor mencermati agenda kebijakan Gedung Putih dan mencerna laporan laba emiten. Indeks Dow Jones turun 0,09 persen, menjadi ditutup pada 20,052.42, dengan penurunan tertinggi saham Verizon. Indeks S & P 500 turun 0,21 persen, menjadi berakhir pada 2,292.56, dengan sektor energi memimpin sembilan sektor yang lebih rendah. Indeks Nasdaq turun 3,21 poin, atau 0,06 persen, ke 5,663.55.

Lihat : Bursa Wall Street Tertekan Kemerosotan Minyak Mentah, Investor Cermati Kebijakan Trump dan Laba Emiten

Pasar Saham Eropa ditutup lebih rendah pada perdagangan Senin (06/02) terpicu kekhawatiran investor di tengah ketidakstabilan politik di Perancis dan AS. Indeks Pan-Eropa Stoxx 600 berakhir 0,68 persen lebih rendah dengan hampir semua sektor dan bursa utama di wilayah negatif.

Lihat : Bursa Eropa Merosot Terganjal Kekuatiran Politik Eropa dan AS

Harga timah di bursa komoditas Malaysia berakhir menurun hari ini. Harga logam industri ini diperdagangkan pada posisi 19.150 dollar per ton, anjlok sebesar -500 dollar atau -2,5 persen dari penutupan sebelumnya pada 19.650.

Malam nanti akan dirilis data perdagangan Desember, dimana diindikasikan defisit perdagangan menurun. Jika data perdagangan terealisir positif akan menguatkan dollar AS.

Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga timah Malaysia pada perdagangan selanjutnya akan bergerak lemah jika dollar AS terealisir naik. Harga akan menghadapi level Support di posisi 19.450 dollar dan 19.250 dollar. Akan tetapi jika terjadi kenaikan, harga timah akan menghadapi level Resistance di 19.850 dollar dan 20.050 dollar.

Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*