Harga Minyak Terjun 6%, Tembus ke Bawah US$ 29/Barel

New York -Harga minyak jatuh hingga 6% pada perdagangan Jumat kemarin, hingga makin menjauhi US$ 30/barel. Ini dipicu oleh penurunan bursa saham di China, dan rencana kenaikan pasokan ekspor minyak Iran.

Sepanjang awal tahun ini, harga minyak sudah jatuh 20% lebih. Merupakan penurunan terbesar dalam 2 pekan, sejak krisis keuangan 2008 lalu.

Bahkan sejumlah analis mengingatkan, harga minyak bisa jatuh lagi, bila Iran mulai memompa suplai ekspor minyaknya. Ini akan makin menambah pasokan minyak di pasar.

Kemarin, bursa saham Shanghai turun 3,5%, ke tingkat terendahnya sejak Desember 2014. Nilai tukar yuan juga melemah tajam. Ini memberi sinyal melemahnya ekonomi China, selaku konsumen minyak nomor dua di dunia. Ditambah, permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan, karena penjualan ritel dan aktivitas industri melemah di Desember 2015.

Harga minyak jenis Brent pada Jumat kemarin turun US$ 1,94 (6,3%) menjadi US$ 28,94 per barel. Sepanjang perdagangan, Brent menyentuh tingkat terendah di US$ 28,82/barel, terendah sejak Februari 2004.

Untuk harga minyak West Texas Intermediate (WTI) produksi AS, harganya turun US$ 1,78 (5,7%) ke US$ 29,42/barel. Tingkat terendah yang disentuh WTI adalah US$ 29,13/barel, terendah sejak November 2003.

“Saya pikir kita kaan melihat gejolak di pasar minyak, bisa saja kembali ke atas US$ 30an,” kata Analis, Phillip Streible, dilansir dari Reuters, Sabtu (16/1/2016).

Dalam dua pekan terakhir, pasar minyak mengalami tekanan jual. Sejumlah analis bahkan ada yang mengatakan, harga minyak belum menyentuh titik terendahnya. Tingkat harga US$ 25/barel sangat mungkin disentuh.

(dnl/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*