Harga minyak mentah sulit berubah arah

JAKARTA. Harga minyak terus mencatat kerugian. Tingginya produksi minyak negara eksportir yang tergabung dalam OPEC menjadi penghambat kenaikan harga.

Mengutip Bloomberg, Selasa (1/12) pukul 17.11 WIB harga minyak kontrak pengiriman Januari 2016 di New York Merchantile Exchange naik 0,62% dari sehari sebelumnya ke US$ 41,91 per barel. Dalam sepekan terakhir, minyak tergerus 2,23%.

OPEC terus memompa produksi minyak hingga 32,12 juta barel per hari di bulan November, menjaga output di atas target sebesar 30 juta barel per hari dalam 18 bulan berturut-turut. Melimpahnya pasokan minyak membuat harga jatuh hingga 39% sejak awal tahun. Di bulan November, harga minyak tergerus 11% atau penurunan terbesar sejak Juli lalu.

Pasar kini sedang menunggu hasil pertemuan OPEC di Wina yang diadakan tanggal 4 Desember mendatang. Namun, salah satu anggota OPEC yakni Iran memperkirakan tidak ada keputusan besar dalam pertemuan tersebut.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, kabar bahwa OPEC tidak akan melakukan pemangkasan produksi menambah sentimen negatif bagi harga minyak. “Jika negara non OPEC seperti Rusia melakukan hal yang sama, maka akan semakin menambah kekhawatiran bagi harga minyak,” ujarnya.

Apalagi di hari yang sama dengan pertemuan OPEC, Amerika Serikat (AS) akan merilis data serapan tenaga kerja bulan November. Jika tenaga kerja masih berada di atas 200.000 dan tingkat pengangguran di bawah 5%, maka tekanan harga minyak akan semakin besar. Pasalnya data tersebut dapat menguatkan sinyal bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga akhir tahun ini.

Namun demikian, Deddy melihat kemungkinan OPEC untuk mengubah kebijakan tetap ada. Soalnya, negara anggota OPEC pun mulai berada di bawah tekanan keuangan akibat rendahnya harga minyak. “Mungkin ini bisa menjadi pertimbangan OPEC pada pertemuan di Wina nanti,” imbuhnya.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*