Harga minyak melemah di Asia tertekan data manufaktur Tiongkok

Singapura (ANTARA News) – Harga minyak dunia melemah di perdagangan Asia pada Senin, karena data menunjukkan bahwa sektor manufaktur penting Tiongkok, konsumen energi terbesar dunia, menyusut pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut.

Harga minyak naik selama tiga hari berturut-turut pada minggu lalu menyusul penurunan produksi minyak mentah AS yang meningkatkan harapan bahwa hal itu bisa membantu mengurangi kelebihan pasokan global yang telah menekan harga minyak selama lebih dari satu tahun.

Data dari Departemen Energi AS (DoE) menunjukkan produksi minyak turun 45.000 barel per hari pada Agustus dari tingkat Juli di 9,3 juta barel per hari.

Hitungan rig minyak Baker Hughes, patokan yang dipantau cermat untuk aktivitas pengeboran AS turun 16 rig menjadi 578 rig, turun 64 persen dari tingkat tahun lalu untuk pekan yang berakhir 30 Oktober.

Di perdagangan Asia pada Senin, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember turun 21 sen pada 46,38 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk Desember diperdagangkan dua sen lebih tinggi pada 49,58 dolar AS per barel pada sekitar pukul 07.00 GMT setelah berayun antara wilayah positif dan negatif.

“Data ekonomi yang dirilis (Minggu) mengungkapkan kontraksi tak terduga dalam sektor manufaktur Tiongkok pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut, serta tanda-tanda pendinginan di sektor jasa,” kata Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia Pasifik di perusahaan jasa profesional EY.

“Ini dapat berdampak negatif pada sentimen pasar minyak yang sudah lemah dan membatasi setiap keuntungan besar dalam beberapa minggu mendatang,” katanya kepada AFP.

Aktivitas di sektor manufaktur besar Tiongkok menyusut pada Oktober untuk bulan ketiga berturut-turut, kata para pejabat Minggu, memicu kekhawatiran bahwa pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua dunia itu sedang melambat lebih cepat daripada yang para pembuat kebijakan akui.

Indeks Pembelian Manajer (PMI), pelacakan aktivitas di pabrik dan bengkel kerja, tidak berubah dari bulan sebelumnya di 49,8, kantor statistik negara mengatakan.

Sebuah angka PMI di atas 50 merupakan sinyal ekspansi aktivitas, sementara berapa pun di bawah 50 menunjukkan penyusutan.

Perekonomian Tiongkok tumbuh 6,9 persen antara Juli dan September tahun ini, menurut angka resmi, laju paling lambat sejak pasca krisis keuangan global pada 2009.

Banyak analis percaya pertumbuhan aktual Tiongkok secara signifikan lebih rendah, menunjuk kepada pelemahan dalam data perdagangan dan indikator alternatif seperti PMI.

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*