Harga minyak masih terjaga dikisaran US$ 59,39

JAKARTA. Meski dollar Amerika Serikat (AS) menguat karena data ekonomi AS positif, harga minyak mentah berhasil menguat (rebound) pada penutupan pasar akhir pekan lalu. Pelaku pasar berharap, ekonomi AS yang membaik dapat mendorong kenaikan permintaan minyak.

Berdasarkan data Bloomberg Jumat (8/5), harga minyak WTI kontrak pengiriman Juni 2015 di bursa Nymex AS tumbuh 0,76% menjadi US$ 59,39 per barel dibandingkan hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga bertambah 0,40%.

Agus Chandra, analis Monex Investindo Futures, melihat, data pertumbuhan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non farm payroll) AS memberikan efek ganda terhadap harga minyak. Satu sisi, data ekonomi yang positif menguatkan otot dollar AS. Harga minyak yang dijual dengan mata uang ini turut tertekan.

Di sisi lain, data penambahan tenaga kerja AS juga menyebabkan harga minyak terjaga. Sebab, permintaan minyak dari AS sebagai konsumen terbesar bakal naik seiring pertumbuhan ekonomi.

Sekedar catatan, data non farm payroll AS pada April 2015 menunjukkan penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 223.000 orang, melonjak dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 85.000 orang. Namun angka ini sedikit lebih rendah dari prediksi 228.000 orang.

Penguatan harga minyak menurut Agus juga mendapat sokongan dari penutupan pelabuhan minyak Zueitina di bagian timur Libia pada Selasa (5/5). “Kondisi ini berpotensi menghambat ekspor minyak,” tambahnya.

Ambil untung

Meski menguat, analis SoeGee Futures Nizar Hilmy mengingatkan, harga minyak rentan koreksi. Ia menduga, harga minyak Senin (11/5) berpeluang koreksi. Apalagi indeks dollar AS rebound. “Ada kekhawatiran aksi profit taking,” papar Nizar.

Ada juga kekhawatiran peningkatan produksi minyak Iran jika sanksi ekonomi terhadap negara itu dicabut. Sedangkan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan tidak ada perubahan kebijakan pada pertemuan Juni 2015 sehingga produksi minyak tetap tinggi. “Pasar membutuhkan sentimen positif yang lebih kuat agar penguatan harga bertahan lama,” kata Nizar.

Namun produksi minyak mentah AS yang menurun karena jumlah rig berkurang cukup melegakan pasar. Lalu impor minyak Tiongkok bulan April meningkat menjadi 30,29 juta metrik ton atau setara 7,4 juta barel per hari.

Secara teknikal, Nizar melihat, harga bergerak di bawah moving average (MA) 10 dengan arah turun. Indikator relative strength index (RSI) di level 61 bergerak flat. Stochastic di level 58 dan bergerak menurun. Candle stick membentuk shooting star menunjukkan potensi koreksi. Menurut Nizar, sepekan ke depan, harga minyak berkisar US$ 55-US$ 59 per barel. “Senin (11/5) di kisaran US$ 57-US$ 60 per barel,” kata Nizar.

Prediksi Agus, sepekan ke depan harga minyak bergerak antara US$ 54,50-US$ 65,50 per barel.

Editor: Uji Agung Santosa


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*