Harga Minyak Masih Rendah, Industri Batu Bara RI Semakin Suram

Jakarta -Harga minyak dunia belum juga menunjukan tanda membaik di awal 2016, kondisi ini membuat industri batu bara khususnya di dalam negeri semakin terpukul.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengatakan, tahun lalu saja, sekitar 70% dari sekitar 5.000 Izin Usaha Pertambanbangan (IUP) batu bara yang sudah minus atau beban operasinya lebih besar dari pendapatan. Sebagian di antaranya, sudah berhenti beroprasi dan gulung tikar.

“Kita sudah suram karena over supply yang membuat harga jadi sangat rendah, sekarang dan prediksi sampai tahun depan nampaknya makin suram lagi dengan minyak turun. Pasti ngaruhnya besar, sama-sama sumber energi, orang berpikir ngapain pakai batu bara kalau minyak masih lebih murah,” ujar Hendra, pada detikFinance, Selasa (5/1/2016).

Hingga tutup tahun, lanjutnya, pihaknya belum bisa mengumpulkan data yang akurat jumlah perusahaan tambang batu bara yang sudah berhenti berproduksi.

“Sekarang izin di daerah, dan tidak ada kewajiban melapor ke pusat. Itu masalah buat kami dalam pengumpulan data, tapi dari penelitian asosiasi dan Indonesia Mining Institute, sudah 70% dari jumlah IUP batu bara yang minus, dari jumlah itu beberapa sudah tak berproduksi lagi,” jelas Hendra.

Menurut Hendra, jika minyak dunia masih terus rendah, dirinya memprediksi bakal lebih banyak lagi perusahaan tambang batu bara yang menyetop operasinya di tahun ini.

Harga batu bara berdasarkan acuan (HBA) periode Oktober 2015 berada di level US$57,39 per ton. Harga tersebut, kata Hendra, masih akan berlanjut jika harga minyak dunia masih juga anjlok.

Dia mengungkapkan, sebenarnya dari sisi operasi, perusahaan batu bara terbantu akibat penurunan harga minyak dunia. Namun, penurunan minyak yang terus berlanjut berdampak pada semakin menyempitnya pasar.

“Ada positifnya minyak turun, yaitu biaya operasi turun karena biaya solar turun. Tapi tidak banyak pengaruh karena harga batu bara sudah minus, perusahaan sudah terlanjur berhenti operasi. Di sisi lain, minyak yang jadi saingan batu bara malah turun terus. Harga batu bara akhirnya semakin sulit naik lagi, artinya negatifnya malah lebih besar buat kita,” katanya.

(rrd/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*