Harga Minyak Dunia Turun, BBM tak Seharusnya Naik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Alasan Kementerian ESDM soal kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, untuk menstabilkan ekonomi dan menyesuaikan harga minyak dunia, dibantah pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Rizal E Halim. Menurutnya, harga minyak dunia saat ini sedang turun.

“Harga minyak dunia trend sedang turun, sebab beberapa negara sedang surplus minyak, apalagi produksi negara OPEC tidak turun,” ujar Rizal saat dihubungi ROL, Sabtu (28/2).

Menurutnya, jika hendak menyesuaikan harga BBM dengan tren harga minyak dunia saat ini, mestinya pemerintah stabil dalam harga. Fluktuatif harga minyak di Indonesia disebut Rizal tak transparan.

Dosen Fakultas Ekonomi UI ini menjelaskan, pada hitungan harga minyak dunia 95 dolar AS per barel saja, Indonesia mestinya menduduki harga Rp 6.100 per liter pada Premium RON 88. Maka, mestinya, kondisi saat ini harga minyak dunia yang berada pada harga 60-70 dolar AS per barell, harga premium di Indonesia jauh lebih murah daripada saat kenaikan BBM November lalu.

Selain harga minyak dunia yang berada dalam level rendah, pada beberapa negara OPEC mengalami surplus minyak. Ditambah lagi, Rizal menilai kondisi Timur Tengah saat ini yang masih bergejolak. Hal ini sesuai dengan hukum suplai, dimana saat suplai minyak naik, maka mestinya harga minyak turun. “Saat ini saja, negara OPEC masih memproduksi 20 juta barell, kondisi minyak dunia sedang berlimpah,” ujar Rizal.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*