Harga Minyak Dunia Kembali Terpuruk

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Harga minyak mentah dunia kembali anjlok Jumat (28/11) lalu. Dilansir dari reuters  Harga minyak yang jatuh berdampak pada turunnya harga dua saham yang berkaitan dengan sumber daya tak terbarukan ini.

Anjloknya harga minyak ini akibat keputusan OPEC yang tidak memangkas produksi sehingga pasokan minyak menjadi berlimpah. Saham energi ditutup datar pada hari Jumat karena penurunan besar di sektor energi diimbangi oleh kekuatan konsumen.

Dow Jones Industrial Average naik 0,49 poin, menjadi 17,828.24, indeks Standard & Poor 500 saham kehilangan 5.27 poin, atau 0,25 persen, ke 2,067.56 dan indeks komposit Nasdaq menambahkan 4,31 poin, atau 0,09 persen, ke 4,791.63.

Indeks saham utama naik selama pekan keenam berturut-turut sejak November 2013. Untuk pekan ini, Dow naik 0,1 persen, S. & P. naik 0,2 persen dan Nasdaq naik 1,7 persen. Untuk November, indeks Dow naik 2,5 persen, S. & P. naik hingga 2,5 persen dan Nasdaq 3,5 percent. Harga minyak mentah pada Januari berada di $ 66,15, turun 7,54 dolardari Rabu.

“Minyak mentah tampaknya tidak memiliki kekuatan sekarang, dan kita dapat dengan mudah melihat penurunan harga sekitar 60 dollar  rendah,” kata Tony Roth, kepala investasi di Wilmington Trust di Wilmington, Del.

Dana Energi di Sektor SPDR sahamnya di bursa turun 6.42 persen menjadi 79,82 dollar, sedangkan S. & P. Indeks energi hilang 6,3 persen. Ini merupakan fase kinerja buruk terpanjang yang dihadapi S. & P.

Grup Exxon Mobil kehilangan 4,17 persen menjadi 90,54 dollar, sementara Chevron turun 5,42 persen, mengalami penurunan 108.87 dollar.  Namun penurunan harga minyak ini berpengaruh positif terhadap saham maskapai penerbangan. Southwest Airlines naik 6.47 persen menjadi 41,82 dollar dan Delta Air Lines naik 5,49 persen menjadi $ 46,67.

Tidak hanya minyak, harga gas pun juga anjlok. Saham pengecer menguat karena harga gas yang lebih rendah. Ini juga berpengaruh pada peningkatan belanja konsumen. Wal-Mart naik 3 persen menjadi 87,54, sedangkan S. & P. 500 Indeks ritel naik 1,4 persen.

“Rendahnya harga minyak dan gas ini harusnya sangat berpengaruh untuk kegiatan ekonomi, bukan hanya dengan harga gas tetapi di seluruh perekonomian,” kata Mr Roth, yang mengawasi 80 miliar dollar aset. “Angka belanja liburan awal harus datang cukup kuat.”

Dolar menguat terutama setelah keputusan OPEC ditetapkan pada produksi minyak. Harga obligasi euro mengalami penurunan. Sehingga bagi negara Eropa akan menimbulkan deflasi.

Penurunan minyak menyebabkan penurunan tajam dalam inflasi yang diukur dengan breakeven. Inflasi berada dititik terendah sejak Oktober 2011 di sekitar 1,8 persen.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*