Harga Minyak di Asia Pulih Lagi

INILAHCOM, Singapura – Harga minyak menikmati keuntungan langka di perdagangan Asia, Selasa (22/12/2015). Tampak dengan minyak mentah Brent bangkit kembali dari terendah 11-tahun karena investor menunggu laporan persediaan minyak mentah AS yang diawasi secara ketat.

Pada pukul 06.00 GMT, patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, kontrak baru, diperdagangkan 26 sen lebih tinggi pada US$36,07 per barel.

Standar Eropa, minyak mentah Brent untuk Februari, berada di US$36,57 naik 22 sen dari tingkat penutupan US$36,35 di London pada Senin yang merupakan posisi terendah sejak Juli 2004.

“Ini menjadi penyesuaian posisi menjelang laporan mingguan Amerika, yang dapat menunjukkan meningkatnya persediaan minyak mentah,” kata Bernard Aw dari IG Singapura.

Aw mengatakan penyempitan kesenjangan antara WTI dan Brent menunjukkan keyakinan pasar bahwa persediaan minyak AS bisa jatuh, karena produsen minyak serpih Amerika, yang memiliki biaya produksi lebih tinggi, sedang ditekan keluar oleh harga minyak mentah dunia yang rendah.

Selain itu, embargo 40 tahun pada ekspor minyak AS telah dicabutt.

“Saya memiliki pandangan yang lebih ‘bearish’. Jumlah rig (pengeboran minyak) AS terus meningkat. Persediaan AS masih sekitar 130 juta barel di atas rata-rata lima tahun. Ada juga sekitar 1,3 juta barel kelebihan minyak mentah yang diproduksi setiap hari,” kata dia.

Minyak sedang menuju kerugian tahunan kedua karena tanda-tanda kelebihan pasokan global akan berkepanjangan setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) secara efektif mengabaikan batas produksi pada pertemuan mereka 4 Desember.

Brent merosot pada Senin karena spekulasi para pemasok dari Timur Tengah ke AS akan terus meningkatkan produksi, memperburuk surplus karena mereka berjuang untuk mempertahankan pangsa pasar.

“Ini semua tentang pangsa pasar dan keberanian pada saat itu,” Jonathan Barratt, kepala investasi Ayers Alliance Securities di Sydney, mengatakan kepada Bloomberg News.

Harga minyak mentah telah jatuh lebih dari 60 persen dari di atas US$100 dalam musim panas 2014, karena kelebihan pasokan serta melemahnya permintaan, pelambatan ekonomi global dan dolar yang kuat. [tar]



Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*