Harga Minyak Bakal Melorot Hingga US$ 30

TEMPO.CO, New Jersey – Penurunan harga minyak dunia ternyata belum sampai ke titik nadir. Analis Nomura Securities. Bob Janjuah, mengatakan harga minyak dunia bisa turun hingga US$ 30-35 per barel. “Ada pengaruh politik yang kuat di balik fenomena ini,” kata Janjuah kepada CNBC, Senin 19 Januari 2015 waktu setempat.

Menurut Janjuah, negara penghasil minyak seperi Arab Saudi tidak akan mengurangi produksinya untuk menggenjot harga. Sebab, kata dia, Arab Saudi ingin memancangkan posisinya sebagai penentu harga atau price-setter. Jika Arab Saudi mengurangi produksi, posisinya yang saat ini sangat kuat di kalangan produsen minyak bisa tergeser. (Baca: Harga Minyak Lesu, Perusahaan Jepang Terancam Rugi)

Janjuah bahkan memperkirakan Arab Saudi memiliki rencana lain untuk membuat harga minyak semakin rendah. Dia yakin Arab Saudi yang menjadi pentolan Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) ingin menekan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Rusia yang kini tengah menikmati limpahan produksi minyak dari berbagai sumber baru, seperti shale oil atau celah bebatuan. “Jika harga minyak jatuh hingga US$ 30, perekonomian Amerika akan terguncang,” ujarnya. (Baca: Harga Minyak Lesu, Schlumberger Pecat Karyawan )

Pada Senin, harga minyak jenis Brent di Bursa Eropa mencapai US$ 49 per barel, sementara harga minyak mentah Amerika di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 47. Pada pekan sebelumnya, harga minyak sempat menyentuh level terendah US$ 45 per barel. Namun harga minyak mengalami rebound setelah International Energy Agency menyatakan ada peluang untuk menggenjot harga minyak di pasaran dunia. (Baca: Harga Minyak Anjlok, Devisa Bisa Dihemat US$ 5 M )

Dalam pertemuan OPEC di Wina, Austria, Kamis 27 November 2014, negara-negara anggota seperti Venezuela dan Ekuador, meminta pemangkasan produksi agar harga minyak kembali naik. Sebab, jatuhnya harga minyak membuat pendapatan mereka terganggu. Namun kelompok anggota OPEC dari Timur Tengah yang dipimpin Arab Saudi menolak permintaan itu, kecuali jika ada jaminan terhadap harga saham-saham produsen minyak setelah pemangkasan produksi. Kuwait mendukung langkah tersebut melalui argumen: OPEC seharusnya menjaga pangsa pasar agar tidak kehilangan pelanggan.

FERY F

Berita Terpopuler
Dua Indikasi Presiden Jokowi Dipengaruhi Megawati
Gadis Indo Jelita Si Pemulung Sampah
Bocah Ini Memprotes Tuhan di Depan Paus Fransiskus


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*