Harga Minyak Anjlok, RI Tak Bisa Berbuat Banyak

Jakarta -Harga minyak global tahun ini merosot, akibat berlimpahnya produksi dan pasokan minyak dari Amerika Serikat (AS) dan negara produsen minyak (OPEC). Kondisi ini berimbas ke Indonesia, yakni makin turunnya pendapatan migas yang didapat negara.

Menteri ESDM Sudirman Said mengakui, Indonesia tidak bisa berbuat banyak menghadapi makin anjloknya harga minyak mentah dunia saat ini.

“Saya sebagai penanggung jawab sektor tidak bisa berbuat banyak. Malah tantangan sekarang adalah bagaimana dengan harga beginin investasi di hulu tetap jalan,” kata Sudirman, saat jumpa pers di Kantornya, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/12/2015).

Ia mengakui, anjloknya harga minyak saat ini, membuat target penerimaan yang ditetapkan dalam APBN meleset, dan makin membebani fiskal Indonesia.

“Sudah pasti karena asumsi (APBN) kan harga minyak US$ 60 per barel. Dengan realitas begini pasti akan mengalami penurunan. Benar sekali pasti akan menekan fiskal kita. Ada hitungannya nanti saya buka lagi, karena setiap satu dolar penurunannya akan berdampak berapa, itu ada hitungannya,” ungkap Sudirman.

Menanggapi melesetnya realisasi penerimaan negara dari sektor migas, lanjut Sudirman, pihaknya akan segera membahasnya dengan Manteri Keuangan untuk mengantisipasi agar gap tersebut tidak semakin melebar.

“Bagaimana mengatasi gap itu, dan nanti kita duduk dengan Menteri Keuangan,” tutup Sudirman.

Sebagai informasi, Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas mencatat, per 4 Desember 2015, penerimaan negara dari sektor migas baru tercapai US$ 12,45 miliar, atau 83,05% dari target yang ditetapkan pemerintah dalam APBN-P 2015 sebesar US$ 14,99 miliar.

(rrd/rrd)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*